Langsung ke konten utama

Lomba Menulis Berhadiah 4 Juta. Ikutan yuk!




Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Majelis Sastra Bandung (MSB) yang ke-9, MSB mengadakan lomba menulis esai dengan total hadiah Rp4juta. MSB sendiri adalah lembaga kebudayaan (khusus sastra) nirlaba di Bandung, Jawa Barat yang telah berdiri sejak 25 Januari 2009. MSB  mewadahi kreativitas tanpa dipengaruhi partai politik mana pun. Hingga saat ini masih bergerak dalam rangka mengembangkan kesenian, penerbitan, dokumentasi, dan wadah bagi para penulis agar lebih bersemangat dalam berkaraya.

Selain rutin mengadakan perlombaan, hingga saat ini MSB masih konsisten mengadakan pengajian sastra. Pengajian sastra secara rutin digelar sebulan sekali dan sudah mencapai pertemuan ke-90. Tentu saja selain menggali kembali gairah para penulis muda, MSB juga bercita-cita menghidupkan kembali ruang-ruang diskusi kesastraan.

Tema yang diusung dalam perlombaan, yakni “Hubungan Komunitas Sastra dengan Pemerintah”. Mengapa tema semacam ini perlu diangkat? Sebab selama ini kehidupan sastra terasa diabaikan oleh pemerintah. Padahal, sastra memegang peranan penting untuk kemajuan sebuah kota, bahkan negara.
Perlombaan ini dibuka untuk umum khususnya warga Indonesia. Lomba dibuka dari 01 Oktober 2017 hingga 25 November 2017. Persyaratan lomba, antara lain menggunakan bahasa Indonesia dengan jenis huruf Times New Roman, besar huruf 12, ditulis maksimal empat halaman di kertas ukuran A$ atau sekitar 7.000 karakter. Pengiriman naskah melalui surel: warungdardja@gmail.com

Matdon selaku Rois ‘Am MSB menjelaskan bahwa jika naskah yang masuk telah mencapai seratus sebelum tanggal yang ditentukan, maka MSB sewaktu-waktu bisa menutup pendaftaran.

Selama ini, MSB berpegang teguh pada motto “Majelis Sastra Bandung, ruang Sastra yang Sebenarnya.” MSB pun telah melahirkan sejumlah buku antologi sederhana. Bagaimana Sahabat Puan? Anda tertarik meburu hadiahnya? Buruan ikuti perlombaan ini!

Catatan: Tulisan ini pernah dimuat di puan.co tertanggal 23 Oktober 2017. Sila klik http://puan.co/2017/10/lomba-menulis-berhadiah-4-juta-ikutan-yuk/ 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai P...

Puisi-Puisi John Keats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Awalnya, saya hanya iseng belajar menerjemahkan tiga puisi ini - yang menurut saya masih jauh dari sempurna - akhirnya saya memberanikan diri mengirim ke media online kibul.in. Alhamdulillah responsnya positif dan terjemahan puisi ini mendapat tempat. Saya tahu,  pengetahuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan, mungkin membuat beberapa pembaca kecewa membaca terjemahan saya. Namun, izinkanlah saya mempostingnya di sini. siapa tahu teman-teman memang ingin membaca dan menyelami puisi-puisi John Keats.  Setelah ini, banyak puisi-puisi yang telah coba saya terjemahkan. tentu saja sebagai latihan. Karena sadar diri akan keterbatasan, beberapanya saya kirimkan ke media on line yang menerima puisi terjemahan dan beberapa lagi saya simpan untuk saya nikmati sendiri. Selamat membaca John Keats dan keterbatasan bahasa yang saya miliki. When I Have Fears - Poem by John Keats When I have fears that I may cease to be Before my pen ...

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta...

Rise For Holiday