Langsung ke konten utama

Reportase: Bedah Buku Lelaki Lentera. : Lelaki Lentera di Mata Perempuan








Jambi – WPI (Wanita Penilis Indonesia) Jambi kembali menggelar acara bedah buku di Cafe Capres Ndeso Sungai Kambang Telanaipura Kota Jambi pada hari Minggu, 14 Mei 2017. Buku yang dibedah kali ini adalah buku kumpulan cerpen karya salah satu penulis wanita Jambi – Erlinda Herawati Harahap – yang sudah lama malang melintang di dunia tulis menulis. 

Narasumber yang dihadirkan ada dua, yakni Ratna Dewi dari Seloko Institute dan Gie dari Kombes (Komunitas Berani Menulis) serta dipandu oleh moderator yang juga sekaligus ketua panitia, Rini Febriani Hauri. 

Acara ini juga dihadiri oleh para sastrawan, mahasiswa, dan masyarakat umum. Kristopan selaku mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Jambi mengatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting dilakukan, apalagi melihat geliat iklim bersastra masyarakat Jambi sangat minim. Erlinda sendiri baru membukukan cerpennya karena merasa di tahun 2017 ini sebagai tahun yang ia pilih, “ takut bila tahun depan saya sudah dipanggil Yang Maha Esa,” imbuhnya.

Ratna Dewi mengutarakan kelebihan dari buku Lelaki Lentera terletak pada diksi yang puitis, namun kelemahannya tema yang diangkat belum memunculkan kebaruan jika kita mengamati perkembangan cerpen penulis Indonesia. Tema dari buku ini mayoritas membicarakan cinta dan sebagian lagi membahas kemiskinan.

Sementara Gie menjelaskan bahwa Kumpula cerpen ini sangat manis—sedikit banyak—dibaluti sebuah upaya melestaikan budaya. Sebut saja “Di Gumpung” ada bayak sejarah dan cerita yang hebat di sana. Tak bayak bukan dari sekian ribu orang yang datang ke Percandian Muaro Jambi menjadi ‘peneliti’. Erlinda memunculkan kisah cinta yang dibalut sejarah.

Acara berlangsung khidmat meskipun gerimis jatuh di pelataran kafe. Pada akhir acara, ada pembagian doorprize. Sepuluh peserta beruntung membawa pulang doorprize yang berisi buku. Acara ditutup dengan poto bersama. (wpij)


dimuat di majalah jejak literasi edisi 9. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai P...

Puisi-Puisi John Keats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Awalnya, saya hanya iseng belajar menerjemahkan tiga puisi ini - yang menurut saya masih jauh dari sempurna - akhirnya saya memberanikan diri mengirim ke media online kibul.in. Alhamdulillah responsnya positif dan terjemahan puisi ini mendapat tempat. Saya tahu,  pengetahuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan, mungkin membuat beberapa pembaca kecewa membaca terjemahan saya. Namun, izinkanlah saya mempostingnya di sini. siapa tahu teman-teman memang ingin membaca dan menyelami puisi-puisi John Keats.  Setelah ini, banyak puisi-puisi yang telah coba saya terjemahkan. tentu saja sebagai latihan. Karena sadar diri akan keterbatasan, beberapanya saya kirimkan ke media on line yang menerima puisi terjemahan dan beberapa lagi saya simpan untuk saya nikmati sendiri. Selamat membaca John Keats dan keterbatasan bahasa yang saya miliki. When I Have Fears - Poem by John Keats When I have fears that I may cease to be Before my pen ...

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta...

Rise For Holiday