Langsung ke konten utama

Postingan

RESENSI 12 : Indikator Kebahagiaan Hidup Menurut Leo Tolstoy

Novel yang berjudul asli Semeynoye Schast’ye  telah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Pertama kali terbit di Indonesia pada tahun 1976. Kisah dalam novel ini dibuka dengan meninggalnya ibu Masha dan Sonya, lalu dalam menjalani hari-hari ke depan di desanya, mereka tinggal bersama kakeknya Gregory tua dan wanita pengasuh bernama Katya- yang telah dianggap sebagai ibu oleh Masha dan adiknya. Novel ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri atas lima bab mengisahkan kehidupan Masha (Marya Alexandranova) sebelum menikah, gadis 17 tahun, jatuh cinta kepada sahabat almarhum ayahnya bernama Sergey Mikhailich, bujangan tua berusia 36 tahun, yang pada saat itu menjadi walinya. Pada setiap kunjungannya, Sergey seringkali menasihati dan membimbing Masha yang jauh dari kata dewasa. Masha yang kala itu butuh pegangan merasa utuh dengan kunjungan rutin Sergey. Hingga pada saat Sergey tak datang ke rumahnya, Masha merasa sepi dan sendiri. Ia pun kemudian menyadari bahwa ia

RESENSI 11 : Sang Nasionalis Muda dari India Selatan

Novel Kantapura pertama kali diterbitkan pada tahun 1938 dalam edisi bahasa Inggris. Kisah dalam novel ini menceritakan  tentang sebuah desa terpencil di India Selatan bernama Kantapura. Desa ini diyakini dilindungi oleh dewa lokal bernama Kenchamma. Semua cerita dalam novel ini dituturkan oleh seorang wanita tua desa yang tak pernah menyebutkan nama. Gaya penceritaannya mirip epos klasik India, seperti Ramayana dan Mahabharata. Tokoh utamanya bernama Moorthy, lelaki muda asal Kantapura yang sedang berkuliah di kota. Kemudian Moorthy tidak sengaja mendengar pidato Mahatma Gandhi. Ia menjadi akrab dengan filsafat Gandhi dan meniru gaya hidup Gandhi dengan memakai Khaddar saat pulang ke Kantapura. Ia membuang segala pakaian asing, dan menentang sistem kasta. Di Kantapura, Moorthy  menjadi pemimpin desa dengan mendirikan kongres panchayat. Sejak itu, ia menyebarkan ajaran-ajaran gandhi, seperti ahimsa (menjunjung tinggi semangat nirkekerasan), swadeshi (cinta tanah air)

KOMUNITAS 5 : Yang Tersembunyi dari Lapak Baca Jambi

Buat teman-teman yang sedang berkunjung ke Jambi atau tinggal di Jambi dan suka membaca buku, sudah pernah main ke Lapak Baca Jambi belum? Jika belum, tempat ini bisa jadi salah satu alternatif sebagai tempat nongkrong buat kamu. Yuk, simak obrolan santai puan.co bersama Lapak Baca Jambi! 1.       Lapak Baca Jambi itu apa sih? Lapak Baca Jambi adalah nama yang saya berikan pada kegiatan sederhana ini. Hanya membawa buku untuk bisa dinikmati oleh orang banyak. 2.       Sejak kapan Lapak Baca Jambi berdiri? Lapak Baca Jambi berdiri sejak 20 agustus 2016. Tidak terasa sudah setahun dan mohon doanya agar dapat lanjut terus J 3.       Lapak Baca Jambi ini komunitas atau milik pribadi? Siapa saja penggiatnya? Lapak ini milik sendiri, tetapi saya sering dibantu oleh teman jika mereka ada waktu luang. Alhamdulillah teman-teman banyak yang mendukung. Tentunya dengan mereka hadir walau hanya sekadar nongkrong sudah sangat menyenangkan bagi saya. 4.       Lapak

KOMUNITAS 4 : Filosofi Kerja Sosial dan Totalitas Berliterasi Sekolah Menulis Papua

Membangun budaya literasi tidak bisa dilakukan setengah hati. Kalimat ini mewakili apa yang dirasakan Dzikry setelah mendirikan Sekolah Menulis Papua. Sekolah Menulis Papua (SMP) merupakan komunitas independen yang bergiat di bidang pengembangan literasi, didirikan pada 13 Januari 2014 di Jayapura. Para penggagas berdirinya SMP ada tiga orang. Pertama , Dzikry el Han, penulis. Kedua , Fathul Qorib, jurnalis. Ketiga , Burhanudin, M.A., fasilitator bidang kesejahteraan sosial. Mereka adalah orang-orang yang sempat dibesarkan oleh dunia buku. Bersama para penggiat literasi lainnya, tiga pilar pendiri merawat SMP layaknya tunas yang perlu dipupuk, disiram, dan disiangi dari segala jenis gulma hingga bisa bertahan dan berkembang sampai sekarang. Dari perjalanan SMP selama tiga tahun, Dzikry mengatakan bahwa bekerja di dunia literasi memerlukan totalitas dalam mencurahkan tenaga, pikiran, bahkan dana, agar program dan kegiatan dapat berjalan sembari mempertahankan idealisme da

Rise For Holiday