Langsung ke konten utama

KOMUNITAS 4 : Filosofi Kerja Sosial dan Totalitas Berliterasi Sekolah Menulis Papua


Membangun budaya literasi tidak bisa dilakukan setengah hati. Kalimat ini mewakili apa yang dirasakan Dzikry setelah mendirikan Sekolah Menulis Papua. Sekolah Menulis Papua (SMP) merupakan komunitas independen yang bergiat di bidang pengembangan literasi, didirikan pada 13 Januari 2014 di Jayapura.

Para penggagas berdirinya SMP ada tiga orang. Pertama, Dzikry el Han, penulis. Kedua, Fathul Qorib, jurnalis. Ketiga, Burhanudin, M.A., fasilitator bidang kesejahteraan sosial. Mereka adalah orang-orang yang sempat dibesarkan oleh dunia buku. Bersama para penggiat literasi lainnya, tiga pilar pendiri merawat SMP layaknya tunas yang perlu dipupuk, disiram, dan disiangi dari segala jenis gulma hingga bisa bertahan dan berkembang sampai sekarang.

Dari perjalanan SMP selama tiga tahun, Dzikry mengatakan bahwa bekerja di dunia literasi memerlukan totalitas dalam mencurahkan tenaga, pikiran, bahkan dana, agar program dan kegiatan dapat berjalan sembari mempertahankan idealisme dan mendapatkan kepercayaan masyarakat.

“SMP didirikan dengan semangat sukarela. Dalam praktiknya, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini sama sekali tidak berkepentingan mendapatkan keuntungan pribadi, imbalan finansial, atau semacamnya. Kami telah meletakkan satu prinsip sebagai pondasi bagi seluruh kegiataan literasi di Sekolah Menulis Papua, yakni filosofi kerja sosial. Tidak ada pungutan biaya bagi peserta, demikian juga tidak ada honor ataupun uang transpor bagi para pelatih, pembicara, ataupun para penggiat literasi yang terlibat. Bahkan, buku-buku yang dicetak oleh SMP, dibagikan gratis kepada perpustakaan sekolah dan komunitas-komunitas literasi di Jayapura dan sekitarnya,” ucap Dzikry, penulis belasan novel sekaligus penggerak SMP.



Hingga saat ini SMP menjalin jaringan kerja sama dengan berbagai pihak, antara lain lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan media. Sementara pendanaan SMP diperoleh melalui pengajuan proposal di berbagai perusahaan, simpatisan: kelompok/pribadi, dan  dana kas SMP. Secara keseluruhan Sekolah Menulis Papua telah melaksanakan 27 jenis kegiatan sejak berdirinya pada tahun 2014.

Apa saja sih kegiatan yang telah dilakukan Sekolah Menulis Papua? Yuk, simak kegiatannya!

1.      Perpustakaan Jalanan Sekolah Menulis Papua

Kegiatan dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 14.0017.30 WIT, bertempat di Taman Imbi, Jayapura. SMP menggelar buku hingga 150 judul buku  setiap seminggu sekali. Buku terdiri dari berbagai tema, mulai novel, kumpulan puisi, cerita rakyat, ruhani, motivasi, cergam, komik, dan lain-lain. Seluruh masyarakat dari kalangan mana pun diberi keleluasaan membaca buku di tempat, tanpa dipungut biaya. Mengingat keterbatasan sumber daya, sementara ini buku-buku di Kegiatan Perpustakaan Jalanan belum dapat dipinjamkan kepada pengunjung untuk dibawa pulang.

2.      Kelas Literasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Lembaga Pemasyarakatan Abepura

Kelas literasi LPKA merupakan kegiatan pemberian motivasi, terapi psikologis, pendampingan kepenulisan, dan kegiatan peduli aksara sekaligus. Kelas literasi ini terdiri atas dua kelompok, yakni 1) Kelompok remaja usia 15-17 tahun yang telah memiliki kecakapan membaca 2) Kelompok remaja usia 15-17 tahun yang belum memiliki kecakapan membaca. Kegiatan dilaksanakan di Pondok Bezuk, kompleks Lembaga Pemasyarakatan Abepura, Papua. Materinya mulai dari kepenulisan hingga diskusi karya.

3.      Honai Fiksi

Honai Fiksi adalah salah satu inovasi SMP (Sekolah Menulis Papua) dalam bidang pelatihan kepenulisan fiksi. Sebelumnya, format pelatihan ini dilakukan SMP dalam bentuk pertemuan regular seminggu sekali selama sepuluh pertemuan. Kegiatan terseebut diberi nama Diskusi Reguler Menulis Fiksi. Selama dua tahun Diskusi Reguler Menulis Fiksi dilaksanakan dan telah meluluskan empat angkatan. Format pelatihan satu hari penuh dari pukul 08.00 s.d.17.00 WIT. Materi yang disampaikan merupakan intisari dari kurikulum Diskusi Reguler Menulis Fiksi, mencakup penguasaan unsur-unsur intrinsik dalam fiksi, yaitu tema, latar, karakter, alur dan diksi.

4.      Penerbitan Buku

Sejak berdiri tahun 2014 hingga tahun 2016, Sekolah Menulis Papua menerbitkan empat buku, yaitu:
1.    Cerita dari Timur berisi kumpulan cerpen, diterbitkan tahun 2015.
2.    Mozaik Kata berisi kumpulan cerpen, puisi, dan esai tentang perkembangan sastra di Papua, diterbitkan tahun 2015.
3.    Negeri Minus berisi kumpulan cerpen dan puisi, diterbitkan tahun 2016.
4.    Manuskrip Puyakha berisi kumpulan puisi-foto, diterbitkan tahun 2016.
Tahun 2017, Sekolah Menulis Papua merencanakan menerbitkan dua buku. Pertama, Papua di Ujung Kata, berisi kumpulan cerpen, puisi, dan esai karya para penggiat dan peserta Honai Fiksi. Kedua, Sayap-sayap Imajinasi, berupa kumpulan tulisan karya anak-anak LPKA Lapas Abepura.

5.    Peduli Aksara

Peduli Aksara merupakan kegiatan pemberantasan buta aksara. Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat umum usia praremaja, remaja, hingga dewasa yang belum memiliki kemampuan membaca. Kegiatan Paduli Aksara dirancang di awal tahun 2017. Saat ini pelaksaannya masih terbatas di satu titik, yaitu LPKA Lapas Abepura.  

6.    Siswa Pencinta Sastra

Siswa Pencinta Sastra (SPS) merupakan kelas literasi yang khusus ditujukan untuk siswa tingkat SLTP dan SLTA. SPS dicanangkan untuk menumbuhkan komunitas sastra berbasis sekolah di Papua, khususnya Jayapura. Latar belakang dibentuknya kegiatan SPS adalah perlunya mengenalkan dan mengembangkan budaya literasi di kalangan pelajar. Karena tidak semua sekolah di Papua menerapkan Gerakan Literasi Sekolah.

7.    Pelatihan Produksi Film Pendek

Kegiatan ini difasilitasi oleh John Steven Rogi dari Balobe Fotografi Papua, dengan peserta kegiatan berjumlah 20 orang.Materi kegiatan ini terfokus pada apresiasi film, teknik penulisan skenario, dan teknik sinematografi. Kegiatan ini bertempat di Aula Balai Bahasa Papua. Terlaksana satu kali pada pada Februari 2016. Sementara di tahun 2017 ini, pelatihan penulisan skenario film pendek telah diselenggarakan di bulan September, dengan mengangkat tema film perjuangan anak-anak muda Papua untuk menjadi penulis.

8.    Kafe Sastra

  Kafe sastra merupakan hasil kerja sama antara Sekolah Menulis Papua dengan Hotel Grand Abe, Abepura. Dalam kerja sama ini, Sekolah Menulis Papua menyiapkan tema, pemateri, dan mengundang peserta. Sementara pihak hotel menyediakan tempat dan perlengkapan sound system secara gratis.

9.    Teater Sekolah Menulis Papua

Teater Sekolah Menulis Papua merupakan kegiatan kampanye literasi dalam bentuk seni panggung. Isu-isu yang diangkat di dalam pementasan teater merupakan isu-isu lokal Papua, seperti isu sosial, budaya, pendidikan, juga lingkungan, termasuk isu cendrawasih. Salah satu yang sudah pernah dipentaskan adalah “Cendrawasih”, berkisah tentang terancamnya populasi cendrawasih akibat perburuan dan rusaknya habitat hutan. Pentas tersebut digelar pada tanggal 25 Maret 2017 dalam rangka 60+ Earth Hour WWF, di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Jayapura.

10.     Para-para Literasi Papua

Para-para Literasi Papua merupakan kegiatan tahunan yang didesain untuk memperingati Bulan Bahasa, yaitu Oktober.Kegiatan ini melibatkan berbagai komunitas seni di Papua untuk menampilkan karya terbaiknya. Para-para Literasi didesain dalam bentuk pameran foto, bedah film, diskusi buku, lomba puisi, dan pagelaran seni. Isi kegiatan bersifat fleksibel.

Kegiatan Para-para Literasi Papua bertujuan untuk kampanye literasi dalam arti luas. Para-para Literasi Papua I diselenggarakan pada 28 Oktober sampai dengan 10 November 2016. Kegiatan ini bertempat di dua lokasi, yaitu Balai Bahasa Papua dan Kafe Sentani Purnama Resto. Pada tahun 2017, Para-para Literasi Papua II diadakan pada 31 Oktober bertempat di Sundshine Cafe and Library, Jayapura. Isi kegiatan antara lain, menulis puisi bersama, penampilan musikalisasi puisi, dan pembacaan buku

Sekolah Menulis Papua memang tak pernah bermain-main dalam berliterasi. Hingga kini terhitung total 1.065 orang penerima manfaat langsung dan 30 perpustakaan sekolah SLTA se-Jayapura dan komunitas literasi penerima buku-buku terbitan Sekolah Menulis Papua. Wah, sungguh inspiratif! Selain itu, ternyata Sekolah Menulis Papua memiliki inovasi. Inovasi apa saja sih?

Tawaran Inovasi Literasi  Audiovisual dan Keuangan

Ada dua bentuk inovasi yang ditawarkan Sekolah Menulis Papua, yakni pengembangan literasi audiovisual dan pengembangan literasi keuangan. Mengapa literasi audiovisual perlu dilakukan? Sebab masyarakat Papua masih didominasi oleh tradisi lisan sehingga masyarakat Papua lebih gemar mendengarkan dan berbicara daripada membaca dan menulis. Wujud nyatanya dapat berupa seni fotografi, videografi, dan sinematografi.

Literasi keuangan perlu dilakukan karena masyarakat Papua akan cenderung dianggap sebagai pemalas, manja, dan secara ekonomi mendapatkan label miskin karena pandangan hidup peramu masih lekat pada mereka. Dalam situasi inilah pengembangan literasi keuangan menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat di Papua, khususnya para mama sebagai pusat perputaran perekonomian keluarga. Dengan pengembangan literasi keuangan diharapkan mampu memberikan pengaruh kepada mereka untuk lebih meningkatkan taraf hidup di era global sekarang. Salah satu kegiatannya bernama noken literasi. Kata “noken” digunakan karena merupakan unsur tradisi masyarakat papua yang nilai filosofisnya tinggi.



Para penggiat literasi Sekolah Menulis Papua, hanya sebagian dari masyarakat sipil yang telah menunjukkan kompetensinya untuk berkiprah di masyarakat. Selanjutnya adalah tugas pemerintah, baik pada level pusat maupun daerah untuk mendukung gerakan literasi seperti Sekolah Menulis Papua, supaya upaya-upaya “kecil” ini bisa menjadi bola salju gerakan literasi nasional berbasis masyarakat.


 Catatan: Tulisan Rini Febriani Hauri ini pernah dimuat di puan.co tertanggal 06 November 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jepang I

diambil dari catatan Facebook, 17 Agustus 2010         Pepatah dalam bahasa Jepang disebut kotowaza (ことわざ)salah satunya nih, iwanu ga hana いわぬ が 花 artinya, tidak bicara itu bunga, maksudnya  diam adalah emas. "Aite no nai kenka wa dekinu" artinya Orang tak bisa bertengkar tanpa musuh. "Shippai wa seikou no moto" artinya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda "Hito no uwasa mo shici jyu go nichi"  (人の噂も七十五日) artinya, gosip/rumor hanya bertahan selama 75 hari alias gosip/rumor tidak akan bertahan lama.  "Sarumo ki kara ochiru" 猿も木から落ちる  artinya kera juga bisa jatuh dari pohon.  Sama artinya dengan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga "Baka mo ichi-gei" 馬鹿 も いちげい artinya, orang bodoh pun punya kelebihan/kebaikan "Arashi no ato, sora ni niji ga kakarimashita" artinya Badai pasti berlalu "Onna sannin yoreba kashimashii" artinya: di mana pun ketika ada t

10 Alasan Mengapa Kita Harus Berkunjung ke Perpustakaan

Hai, Sahabat Puan, sudah ada yang tahu kalau tanggal 14 September ternyata diperingati sebagai hari berkunjung ke perpustakaan? Ada yang tahu mengapa di Indonesia memunculkan hari peringatan ini? Tentu saja alasannya supaya masyarakat mau datang dan singgah untuk membaca. Coba ingat-ingat, selama bulan September ini, sudah berapa kali Sahabat Puan berkunjung ke perpustakaan? Beberapa kali atau bahkan tidak sama sekali? Sebenarnya, apa saja sih alasan-alasan seseorang mengunjungi perpustakaan? Yuk, simak alasannya berikut! Bisa Meminjam Buku Karena di perpustakaan adalah gudangnya buku, kamu bisa datang untuk meminjam buku apa saja sesuai keinginanmu. Syarat-syarat dan ketentuannya pun berbeda-beda sesuai regulasi perpustakaan masing-masing. Jika kamu sangat ingin membaca suatu buku dan kebetulan kamu tidak memiliki buku tersebut, atau buku tersebut sulit dicari di pasaran karena sudah langka, salah satu alternatif untuk membacanya adalah meminjam ke perpustakaan

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000) yang di su

Rise For Holiday