Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta. S2 bidang manajem

Seri Tokoh Jambi: Tom Ibnur

    Semuanya berawal dari keyakinan.   Itulah sebuah kalimat yang dilontarkan beliau ketika penulis menanyakan resep rahasia menjadi pakar zapin papan atas Indonesia. Tom Ibnur atau Arison Ibnur, lahir di Padang, 15 Mei 1952. Menjadi seniman tari adalah sebuah cita-cita. Beliau tertarik kepada tari-tarian sejak beliau berusia lima tahun. Sejak saat itu, beliau belajar menari meski orang tuanya sempat melarang dan memasukkan beliau ke latihan silat. Setelah mendapat gelar B. Sc (Kimia Analisis) dari di Akademi Teknologi Industri, Padang. Beliau menjadi Direktur di PT. Semen Padang. Semua tak lain tak bukan atas kehendak orang tua. Menjadi seniman adalah pilihan. Pada saat beliau berusia 26 tahun, ia hijrah ke Jakarta mengikuti kata hatinya menempuh pendidikan akademisi dan mendapat Gelar Diploma III serta Diploma IV (Koreografi) seterusnya gelar S.Sn (Seni Pertunjukan) didapat di Institut Kesenian Jakarta. Berdasarkan keyakinan itulah, ia merealisasikan hidup ber

Nimas

Rumah Masa Lalu Semenjak bapak pergi dengan perempuan lain. Aku semakin tahu artinya luka. Luka itu tak hanya mencengkeram pusat hatiku. Tapi berdiam diri di benak ibu. Bahkan diam-diam menempel di dinding   rumah masa lalu kami. Rumah yang kami yakini memiliki tempat bagi kepergian dan kepulangan. Pun akhirnya bapak. Ia pergi tanpa pamit. Tanpa sepotong surat yang biasa ia letakkan di meja rias. Tak ada lagi jemari yang bisa digamit. Ibu hanya bisa komat-kamit. Katanya tak lengkap sudah perannya sebagai perempuan Jawa yang menjunjung tinggi falsafah, perempuan itu kanca wingking ‘teman belakang’ yang tekun, tabah, mengurusi dapur, sumur, dan kasur. Dalam lamunnya, kadang kudengar ibu bergumam sendiri di sudut ruang tamu, ”Bapak, Ibu ini istrimu yang setia. Swarga nunut, nÄ•raka katut”, ‘ke surga ikut, ke neraka pun mau’ . Aku hanya bisa diam. Rumah beserta segala perabotnya habis kami jual. Kami sekeluarga meninggalkan Surakarta. Menuju Negeri Sailun Salimbai. Salah satu k

Matinya Sastra Cyber ? Surat Terbuka untuk Diendra

Keberadaan cyber sastra tidak bisa lagi ditolak dalam kancah kesusastraan modern walaupun masih banyak kalangan yang memperdebatkannya. Diakui atau tidak, masyarakat telah mengakui bahwa secara faktual telah muncul media alternatif yang dianggap baru untuk menyalurkan karya sastra (Anggoro, 2004 : 33-34). Membicarakan kelemahan dan kelebihan sastra cyber bukanlah hal baru lagi bagi dunia kepenulisan sastra. Bahkan bisa dibilang basi. Sebab hal tersebut telah lama menjadi perbincangan hangat para sastrawan   maupun awak media - sejak hadirnya sastra cyber itu sendiri. Anita Lindawati menyatakan momentum awal berkembangnya sastra cyber di Indonesia, ketika buku yang cukup menghebohkan dunia kesusateraan Indonesia diluncurkan oleh Yayasan Multimedia Sastra berjudul Graffiti Gratitude. Rabu, 9 Mei 2001 lalu.   Sejak saat itu, melalui situs www.cybersastra.net , beragam blog, milis dan situs pertemanan, sastra cyber semakin berkembang dan mendapat tempatnya hampir di semua kala

Rise For Holiday