Buat teman-teman yang sedang berkunjung ke Jambi atau tinggal di Jambi dan suka membaca
buku, sudah pernah main ke Lapak Baca Jambi belum? Jika belum, tempat ini bisa
jadi salah satu alternatif sebagai tempat nongkrong buat kamu. Yuk, simak
obrolan santai puan.co bersama Lapak Baca Jambi!
1. Lapak Baca Jambi itu apa sih?
Lapak Baca Jambi
adalah nama yang saya
berikan pada kegiatan sederhana ini. Hanya membawa buku untuk bisa dinikmati
oleh orang banyak.
2. Sejak kapan Lapak Baca Jambi berdiri?
Lapak Baca Jambi
berdiri sejak 20 agustus
2016. Tidak terasa sudah setahun dan mohon doanya agar dapat lanjut terus J
3. Lapak Baca Jambi ini komunitas atau
milik pribadi? Siapa saja penggiatnya?
Lapak ini milik sendiri, tetapi saya sering dibantu oleh
teman jika mereka ada waktu luang. Alhamdulillah teman-teman banyak yang
mendukung. Tentunya dengan mereka hadir walau hanya sekadar nongkrong sudah
sangat menyenangkan bagi saya.
4. Lapak Baca Jambi biasa sering
nongkrong di mana? Tiap hari apa aja?
Setiap hari Minggu pukul 16.00 WIB sore sampai terasa capai. Untungnya, membuka Lapak Baca Jambi
ini sendirian adalah saya
bisa mengatur waktu menjadi fleksibel untuk buka-tutupnya dan tidak membebani
orang lain. Kadang, kita bisa buka sampai malam jika ada yang masih nongkrong
atau membaca di sana. O iya, kita ngelapak di Taman Pedestrian Jomblo, Kota
baru,
Kota Jambi. Tepatnya di
depan Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi.
5. Ada nggak tempat nongkrong Lapak Baca Jambi yang lain?
Tidak ada. Saya hanya berusaha berada dalam satu
tempat. Membangun citra di tempat itu. Tentu agar orang-orang mudah mencari
jika tidak berpindah-pindah. Namun, ada satu—dua kesempatan saya ngelapak di
tempat lain, tetapi itu hanya jika ada acara dan sedang gabung dengan komunitas
lain. Dengan Malam
Puisi Jambi, misalnya. Saya membuka lapak di Lippo Mall dan pernah beberapa kali di kafe.
6. Ngomong-ngomong, keseharian Bang
Rajib sebenernya apa sih? Apa kegiatan Lapak Baca Jambi tidak mengganggu
rutinitas harian?
Kebetulan saya sedang bekerja di Radio Boss FM Kota Jambi. Tentunya tidak mengganggu. Bahkan, dalam pikiran saya malah sebaliknya. Jangan sampai
kegiatan saya yang lain mengganggu rutinitas Lapak Baca Jambi. Karena lapak sudah menjadi rutinitas saya. Hahaha
7. Target pembaca dari usia berapa
sampai berapa?
Soal target pembaca, sebenarnya saya ingin menargetkan
orang dewasa yang memang sudah bisa berpikir layaknya orang dewasa. Tentu
mereka harus membaca. Orang-orang dewasa tidak sama dengan anak kecil. Jika
anak kecil tertarik membaca karena gambar kover dan sebagainya, maka orang
dewasa ini harus sudah tahu alasannya membaca dan kita berusaha memenuhi itu.
8. Apakah boleh meminjam buku untuk
dibawa pulang? Syaratnya apa saja?
Sangat Boleh. Tidak ada syarat khusus untuk saat ini. Hanya
berjanji akan dikembalikan saja sudah cukup. O
iya, saya hanya
meminta nama dan nomor
telepon si peminjam.
Ah, saya jadi teringat sesuatu dari buku 24 jam bersama Gaspar, katanya begini
kira-kira, “Taman
baca tentu gagasan baik untuk mengumpulkan orang. Di sana mereka bebas,
membaca, meminjam, mencuri buku pun boleh. Asal mereka mau datang saja.”
9. Adakah peminjam buku yang tidak
mengembalikan buku? Apa upaya yang dilakukan Lapak Baca Jambi?
Ada. Pasti. Kayak hukum gravitasi. Hehe. Paling saya
berusaha mengubungi nomor mereka yang pernah ditinggal. Kalau tidak ada
jawaban, selebihnya saya berusaha ikhlas. Hahaha
10. Ada berapa jumlah buku koleksi Lapak
Baca Jambi?
Kelemahan saya adalah memiliki sifat pemalas. Jadi,
saya tidak pernah menghitung buku saya secara pasti. Sudah banyak teman
menyarankan saya menghitung buku dan mencatatnya. Semoga suatu saat, saya mencatat buku-buku saya agar lebih tertata. Satu
ransel, satu kota berukuran sedang (kalau tidak salah seukuran dus pampers), satu kotak kecil ukuran dus
air mineral,
dan dua buah plastik hitam berukuran
tidak terlalu besar. Ayo tebak ada berapa?
11. Selama ini buku-bukunya milik
siapa?
Awalnya buku milik saya pribadi. Kebetulan ada sedikit
buku dan cukup untuk membuka lapak baca. Selebihnya, banyak dapat dari teman mau pun pengunjung yang
memberi buku kepada saya. Ada juga dari beberapa penulis yang menitipkan
karyanya ke lapak.
12. Apakah ada yang donasi buku? Dari
kalangan mana saja?
Ada. Kebanyakan dari kalangan umum. Maksud saya umum
di sini adalah dari mereka yang memang membaca. Selain itu dari beberapa teman.
13. Apakah masih membutuhkan donasi
buku? Kira-kira donasi buku dialamatkan ke mana?
Boleh sekali. Silakan datang saat Lapak Baca Jambi
buka (setiap
Minggu sore) atau bisa
hubungi saya di 0813 6877 3231. Nanti bisa diatur penjemputannya jika
memungkinkan.
14. Apa kendala saat menggelar Lapak
Baca Jambi?
Tidak ada selain cuaca. Hujan, misalnya.
15. Kira-kira ada nggak keuntungan
menggelar Lapak?
Banyak. Keuntungan terbesar adalah saya dipertemukan
dengan orang-orang yang mencintai buku. Dan itu sangat berharga. Saya percaya
buku membuat peradabannya sendiri dengan menghadirkan orang-orang luar biasa di
mata saya.
16. Bagaimana seandainya hujan
mendadak? Apakah ada buku-buku yang rusak?
Pernah sekali saja hujan mendadak. Untungnya sempat mengemas
buku-buku dengan bantuan pedagang di sekitar. Mereka baik sekali.
17. Mengapa sih mau jadi relawan Lapak
Baca Jambi?
Karena saya menyukai buku. Itu saja.
18. Uang trasnport kan mengeluarkan
sendiri ya, Bang? Apa tidak merasa rugi?
Tidak. Toh, saya tidak berjualan jadi tidak ada
ruginya. Apa lagi merasa rugi—tentu tidak.
19. Apa selama ini ada bantuan dari
pemerintah?
Tidak. Namun, pemerintah sudah sedikit peduli dengan
pengiriman gratis setiap tanggal 17 untuk semua pegiat literasi di Indonesia
menyalurkan buku-buku donasi.
20. Apa sih perbedaan membaca di perpus
dengan membaca di Lapak Baca Jambi?
Kalau di perpus ‘kan kita harus membaca dengan tenang. Kalau di lapak
kita bisa lebih dari itu. Berlatih membaca dengan adanya gangguan suara dan
lainnya. Atau di lapak juga bisa memperbincangkan buku. Ngomongin orang juga boleh. Bebas
kok.
21. Target Lapak Baca Jambi lima tahun
ke depan ?
Wah, Jauh sekali lima tahun ke depan. Saya tidak punya target besar-besar.
Saya cukup ingin konsisten membuka lapak selama saya masih berada di Jambi. Target kecilnya, saya ingin kurasi buku-buku di lapak, agak-agak berat
sedikit deh bukunya. Walau pun saya juga ingin Lapak Baca Jambimenjadi
sebuah penerbit dan toko buku, tetapi ‘kan tidak semudah membuat mi instan.
22. Selama menggelar Lapak, apa
pengalaman menariknya?
Bertemu orang dengan latar belakang berbeda-beda.
Paling menarik jika saya bertemu seorang penulis. Saya sangat mengagumi
penulis.
23. Kalau pengalaman sedihnya?
Enggak ada secara pasti yang memengaruhi saya untuk
sedih. Paling tidak jika ada yang mau ke lapak tapi enggak jadi. Itu aja.
24. Jika kita berkunjung ke
Perpustakaan Kota dan Provinsi Jambi, isinya kebanyakan hanya
siswa/mahasiswa/pembaca umum yang memang mencari buku demi kepentingan tugas,
mereka tidak akan datang ke perpus jika tidak butuh buku, dan pembaca yang
benar-benar haus membaca bisa dihitung pakai jari. Apakah minat literasi sudah
semakin ditinggalkan? Bagaimana menurut Bang Rajib?
Saya kira, buku bisa dihidupkan di mana saja. Jadi, tidak ada alasan mengatakan literasi sudah
ditinggalkan. Untuk orang-orang seperti itu memang ada dan saya dulu juga
seperti itu. Ke perpus hanya untuk keperluan tugas. Ya, saya kira soal literasi
ini hanya masalah akses bukan minat. Saya berkhayal satu hari buku bisa menjadi
gaya hidup. Maksudnya, walaupun hanya digunakan untuk gaya-gayaan saja sudah
sangat menyenangkan. Orang-orang akan jalan dengan buku di tangannya. seperti
fenomena gawai
sih, lebih kepada gengsi daripada fungsi.
25. Kalau dilihat-lihat, gedung bioskop
dan mal lebih ramai daripada dua gedung perpustakaan Jambi, menurut Bang Rajib
apa sih penyebabnya?
Penyebabnya sangat jelas. Mal lebih mampu membuat
orang tertarik ketimbang perpustakaan. Coba bayangkan perpustakaan kita bisa menerapkan
marketing seperti mal? Hehe. Oiya, satu lagi. Saya dari dulu memperhatikan
bahwa sebagian
besar masyarakat jambi
ini suka sekali dengan sesuatu yang berprestise tinggi. Dan mal menghadirkan
itu, kecuali nanti ketika seperti yang saya bilang, buku sudah menjadi gaya
hidup.
26. Baik Bang Rajib, Terima kasih atas
ngobrol-ngobrol santainya. Sukses selalu!
Terima kasih
kembali. Sama-sama.
Catatan: Hasil Wawancara Rini Febriani Hauri ini Pernah dimuat di puan.co tertanggal 13 Nov 17
Komentar
Posting Komentar