Langsung ke konten utama

Jengkol Ebi Kuah Kecambah


Di antara Sahabat Puan, ada yang penggemar jengkol? Jika ada, kebetulan sekali nih. Sebab dapur puan kali ini akan menampilkan resep jengkol rumahan yang praktis dan nggak ribet. Sudah pernah cobain memasak jengkol dengan campuran ebi (udang kering) ? Bila belum, Sahabat Puan bisa mempraktikkannya di rumah!

Bahan-Bahan:
  1. Dua puluh biji jengkol tua
  2. Ebi secukupnya
  3. Kecambah secukupnya
  4. 6 lembar daun salam
  5. Santan kelapa secukupnya (bila Sahabat Puan kesulitan mencari santan, bisa juga memakai santan dalam bentuk sachet)
  6. Penyedap rasa secukupnya
  7. Gula secukupnya
  8. Minyak goreng secukupnya

Bumbu yang dihaluskan:
  1. Tiga siung bawang merah
  2. Dua siung bawang putih
  3. Jahe secukupnya
  4. Kunyit secukupnya
  5. Cabai rawit secukupnya
  6. Boleh ditambahkan cabai rawit sesuai selera
  7. Garam secukupnya

Cara memasak:
  1. Kupas kulit jengkol!
  2. Rebus jengkol sampai matang bersama tiga lembar daun salam! (Tujuan daun salam di sini, agar mengurangi aroma jengkol yang menyengat)
  3. Ketika jengkol sudah matang, biasanya kulit dalam jengkol akan mengelupas sendiri, ada juga buah jengkol yang kondisinya sudah terbelah menjadi dua. Tiriskan jengkol!
  4. Taruh jengkol yang telah terbelah ke dalam cobek dan tumbuklah jengkol sampai gepeng!
  5. Panaskan minyak goreng (sedikit saja) dan panaskan terlebih dahulu bumbu yang telah dihaluskan! Kemudian masukkanlah ebi!
  6. Ketika aromanya telah wangi, masukkan santan ke dalam kuali! Aduk rata hingga bumbu menyatu dengan santan! Masukkan daun salam, penyedap rasa, dan gula secukupnya!
  7. Masukkan jengkol yang telah gepang berbarengan dengan kecambah!
  8. Masaklah sampai matang!
  9. Jengkol ebi kuah kecambah siap dinikmati bersama keluarga.
  10. Selamat mencoba!
NB: pernah dimuat di Majalah Puan tertanggal 19 Desember 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai P...

Puisi-Puisi John Keats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Awalnya, saya hanya iseng belajar menerjemahkan tiga puisi ini - yang menurut saya masih jauh dari sempurna - akhirnya saya memberanikan diri mengirim ke media online kibul.in. Alhamdulillah responsnya positif dan terjemahan puisi ini mendapat tempat. Saya tahu,  pengetahuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan, mungkin membuat beberapa pembaca kecewa membaca terjemahan saya. Namun, izinkanlah saya mempostingnya di sini. siapa tahu teman-teman memang ingin membaca dan menyelami puisi-puisi John Keats.  Setelah ini, banyak puisi-puisi yang telah coba saya terjemahkan. tentu saja sebagai latihan. Karena sadar diri akan keterbatasan, beberapanya saya kirimkan ke media on line yang menerima puisi terjemahan dan beberapa lagi saya simpan untuk saya nikmati sendiri. Selamat membaca John Keats dan keterbatasan bahasa yang saya miliki. When I Have Fears - Poem by John Keats When I have fears that I may cease to be Before my pen ...

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta...

Rise For Holiday