Langsung ke konten utama

Pesona Hutan Sumatra di Mata Dunia


Memasuki awal tahun, Selasa (9/1) SSS Pundi Sumatra mengadakan bincang-bincang santai bersama sepuluh awak media yang digelar di Hotel Luminor Kota Jambi. Media-media tersebut, antara lain Kompas, Mongabay Indonesia, Tempo, The Jakarta Post, Media Indonesia, Antara, Tribun Jambi, RRI, TVRI, dan Puan.co. Acara yang dimulai pukul 11.00 – 13.00 ini diisi oleh dua pembicara, yakni Sutono (Direktur SSS Pundi Sumatra) dan Samedi, Phd. (Direktur Program TFCA Sumatra).

Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Amerika melalui TFCA (Tropical Forest Conservation Act) Sumatra untuk mengelola hutan Sumatra telah meggelontorkan dana sebesar 2009 sekitar US $ 30 juta  dan 2014 ditambahkan US $ 12,7 juta khusus untuk penyelamatan spesies. Samedi, Direktur Program TFCA Sumatra, menyebutkan bahwa dunia internasional sangat tertarik kepada Sumatra sebab hutan Sumatra memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia dan memiliki empat spesies mamalia besar (harimau, badak, gajah, dan orangutan).

Samedi menambahkan bahwa keanekaragaman hayati khususnya di bidang obat-obatan, terutama sumber daya genetik dan jasa trenik tersimpan subur di hutan Sumatra. Misalnya saja baru-baru ini LIPI mengadakan penelitian di hutan Sumatra dan menemukan ratusan spesies jamur yang berpotensi dijadikan obat pembasmi sel-sel kanker yang menyerang tubuh manusia. Selain memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai di mata dunia, ternyata hutan Sumatra memiliki ancaman serius.


Dalam obrolan santainya, Samedi dan Tono mengatakan bahwa laju kerusakan hutan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Sumatra adalah salah satu pulau yang laju deforestasinya tertinggi di dunia, terutama Riau. Dari sisi hidrologi, minimum 40 persennya dari total Sumatra adalah hutan, namun sekarang tinggal  26 persennya saja. Dampak dari kondisi ini sangat tampak jika kemarau tiba, yakni kekeringan yang meradang. Sementara bila hujan turun, banjir akan terjadi. Untuk itulah, penyelamatan hutan perlu dilakukan.

Penyelamatan hutan Sumatra tidak bisa dikotak-kotakkan hanya pada upaya penyelamatan kawasan serta spesies saja. Upaya –upaya pemberdayaan masyarakat juga harus diperhatikan. Maraknya akses pengelolaan hutan berbasis masyarakat diupayakan sebagai kebangkitan dan pengikutsertaaan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Sutono menyebutkan, persolan yang harus dibenahi saat ini, yakni ketika akses itu didapat, bagaimana pemberian manfaat pada masyarakat yang memiliki komitmen menjaga hutan juga sampai.

“Persoalan terbesar adalah ketika akses legalitas hutan diperoleh, selanjutnya apa? Bagaimana bisa memanfatkan, mengelola, dan mendapatkan sumber dari situ sesuai dengan hak kelola yang mereka peroleh, “ jelasnya.

Mendukung kepastian atas aset dan akses masyarakat terhadap Sumber Daya Alam agar berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan dan menjaga kelestarian lingkungan  adalah tugas yang sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Bahkan, pemerintah sendiri telah berkomitmen dengan total seluas 12,7 hektare dalam skema-skema perhutaan sosial, hutan adat, hutan desa, hutan tanaman rakyat, dan kemitraaan.

“Pundi Sumatra mendukung berkembangnya usaha skala kecil berbasis masyarakat di sekitar hutan dengan memperluas praktik-praktik di masayarakat “Community Base Forest Enterprise (CBFE),” jelasnya.

Sementara penguatan usaha masyarakat di sekitar hutan yang sudah dilakukan antara lain, madu dan sarang lebah di Riau, wanita tani HKM di Lampung Tengah, Kopwan Dahlia di Kab.Muara Bungo Jambi, Sinar Gunung Putih, Cahaya Alam, Amanah Madras Sejati, Melati di Merangin, Kelompok Jasa Keuangan (KJK) Usaha Mandiri di Dharmas Raya,  KSU Mutiara Simancung Mandiri di Solok Selatan, Koperasi Giri Mukti Wana Tirta di Pubian lampung Tengah. Kerajinan Perempuan Malalo di Tanah datar Sumbar, APTNB, Kelompok Kerajinan Teluk Cermin di Tebo, Kelompok Usaha Perikanan Remaja Masjid Percut di Deli Sumut.

Saat ini Pundi Sumatra telah menginisiasi perizinan PAK HKM seluas 16.347 Hektar PAK dan Izin di Lampung Barat, 2.300 Hektare tersusun RU/RO di Pasaman Barat. Hutan Desa 22.994 Hektar PAK dan HPHD di Sumsel dan Jambi. HTR di Seluma Kabupaten Kaur – Bengkulu. Penyelamatan pesisir dan pulau kecil (Pesawaran Lampung, Sumut) Pengelolaan Tahura (WAR Lampung, Bukit Barisan Sumut).


NB: pernah dimuat di Majalah Puan tertanggal 11 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai P...

Puisi-Puisi John Keats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Awalnya, saya hanya iseng belajar menerjemahkan tiga puisi ini - yang menurut saya masih jauh dari sempurna - akhirnya saya memberanikan diri mengirim ke media online kibul.in. Alhamdulillah responsnya positif dan terjemahan puisi ini mendapat tempat. Saya tahu,  pengetahuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan, mungkin membuat beberapa pembaca kecewa membaca terjemahan saya. Namun, izinkanlah saya mempostingnya di sini. siapa tahu teman-teman memang ingin membaca dan menyelami puisi-puisi John Keats.  Setelah ini, banyak puisi-puisi yang telah coba saya terjemahkan. tentu saja sebagai latihan. Karena sadar diri akan keterbatasan, beberapanya saya kirimkan ke media on line yang menerima puisi terjemahan dan beberapa lagi saya simpan untuk saya nikmati sendiri. Selamat membaca John Keats dan keterbatasan bahasa yang saya miliki. When I Have Fears - Poem by John Keats When I have fears that I may cease to be Before my pen ...

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta...

Rise For Holiday