Langsung ke konten utama

Mendol Tahu Istimewa Khas Jawa Timur





Suatu ketika saya ingin sekali ngemil, tetapi camilan yang ada saat  lebaran terlalu banyak yang manis-manis. Karena takut kena diabetes, saya pun membuka kulkas dan menemukan tahu. Maka, iseng saja saya coba membuat mendol tahu khas Jawa Timur. Makanan tradisional ini mudah sekali dibuatnya. Bumbu-bumbu tradisionalnya pun sangat mudah didapatkan. Sekilas, pembuatannya mirip perkedel kentang.

Buat Sahabat Puan yang suka makan tahu dan ingin menikmatinya dalam bentuk yang lain, Sahabat Puan bisa membuatnya sendiri di rumah, tak hanya perempuan saja, laki-laki pun juga bisa membuatnya.

Tak percaya?  Yuk, kepo-in cara pembuatannya!

Bahan:
  • Tahu putih secukupnya (biasanya saya menggunakan 5 butir tahu persegi empat)
  • 1 butir telur
  • 3 sdm tepung bumbu
  • 1 batang wortel diiris tipis (sesuai selera)
  • Daun seledri (diiris halus)
Bumbu:
  • 1 siung bawang putih
  • 2 butir bawang merah
  • 4 biji cabai rawit (bisa juga diganti dengan cabai merah/sesuai selera)
  • Lada secukupnya
  • Garam secukupnya
Cara Membuat:
  1. Haluskan tahu ke dalam sebuah wadah! Masukkan telur dan tepung bumbu, lalu aduk rata!
  2. Masukkan irisan wortel dan seledri lalu aduk lagi!
  3. Giling bumbu sampai halus, lalu masukkan ke adonan nomor 1 !
  4. Aduk sampai rata! Buatlah adonan menyerupai bola-bola!
  5. Panaskan minyak dan gorenglah hingga kecoklatan!
  6. Angkat setelah matang! Mendol tahu siap disantap sebagai camilan atau juga lauk makan.
  7. Selamat menikmati.
Nah, sekian dulu ya, Sahabat Puan. Jangan lupa manjakan lidahmu karena rasa tidak pernah berbohong! Ayo memasak! Semua orang bisa memasak asal ada niat dan kemauan.



NB: pernah dimuat di Majalah Puan tertanggal 19 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai P...

Puisi-Puisi John Keats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Awalnya, saya hanya iseng belajar menerjemahkan tiga puisi ini - yang menurut saya masih jauh dari sempurna - akhirnya saya memberanikan diri mengirim ke media online kibul.in. Alhamdulillah responsnya positif dan terjemahan puisi ini mendapat tempat. Saya tahu,  pengetahuan bahasa Inggris saya yang pas-pasan, mungkin membuat beberapa pembaca kecewa membaca terjemahan saya. Namun, izinkanlah saya mempostingnya di sini. siapa tahu teman-teman memang ingin membaca dan menyelami puisi-puisi John Keats.  Setelah ini, banyak puisi-puisi yang telah coba saya terjemahkan. tentu saja sebagai latihan. Karena sadar diri akan keterbatasan, beberapanya saya kirimkan ke media on line yang menerima puisi terjemahan dan beberapa lagi saya simpan untuk saya nikmati sendiri. Selamat membaca John Keats dan keterbatasan bahasa yang saya miliki. When I Have Fears - Poem by John Keats When I have fears that I may cease to be Before my pen ...

Seri Tokoh Jambi: Junaidi T. Noor

Akan kutelusuri sejarah kebudayaan Jambi sampai titik darah penghabisan. Siapa yang tak kenal Junaidi. T. Noor.   Lelaki paruh baya yang lahir di Tanjung Karang, 27 April 1947 ini dikenal sebagai budayawan di provinsi Jambi. Ketertarikannya dalam mendalami dan menggali nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jambi sudah lama mengakar bahkan mendarah daging di tubuhnya meski guratan-guratan di wajahnya sudah mulai tampak. Bermula ketika dirinya tengah memakai seragam putih abu-abu di SMA N 2 Jambi pada tahun 1965. Saat itu beliau hanyalah seorang lelaki biasa yang sangat haus akan pengetahuan mengenai cerita-cerita sejarah dan kebudayaan negri Sepucuk   Jambi Sembilan Lurah.  Nama kecil beliau adalah Tajidin. Oleh neneknya ditukar menjadi Junaidi. Ayahnya bernama Tajuddin Noor , seorang   pensiunan TNI. Jenjang pendidikannya dari Sekolah Dasar hingga D3 Perguruan Tinggi, ia tamatkan di Jambi. S1 jurusan Pembangunan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta...

Rise For Holiday