Langsung ke konten utama

Menguak Rahasia Ratna Dewi : Perempuan dan Ruang Publik




Kemunculan figur perempuan di ruang publik, menurut Ratna Dewi sebenarnya hal yang alamiah saja. Ratna mengaku sejak kecil, ia memang senang tampil di muka umum, mengikuti banyak perlombaan, mencoba hal-hal baru, dll. Faktor keluarga menjadi poin utama sebagai pendorong dan penyemangat agar Ratna mencintai buku, aktif berorganisasi dan berprestasi di lingkungan sekolah hingga lingkungan yang lebih luas. Kebiasaan dan pola hidup ini terus berlanjut hingga usianya yang terbilang matang seperti sekarang ini.

Ratna kecil pernah bercita-cita menjadi arsitek. Pada masa itu, arsitek dikenal sebagai orang pintar, yang hanya padanyalah segala rencana disusun. Ratna ingin punya kemampuan seperti itu. Namun, dulu Ratna kecil tidak tahu bahwa keahlian tehnik dasar yang dimiliki arsitek adalah menggambar sementara ia tidak pandai menggambar. Sepertinya cita-cita menjadi arsitek dalam arti yang lain itulah, yang tetap hidup dalam diri Ratna hingga kini, yakni ia yang berkemampuan merencanakan, menyusun, membangun sebuah konstruksi rencana yang lengkap, dan mengekseskusinya hingga menjadi kenyataan. Menjadi arsitek sosial, mungkin itulah cita-cita yg terus hidup dalam dirinya.

Salah satu hobi Ratna yang cukup menarik adalah membaca. Sejak SD, Ratna  penggemar berat buku-bukunya Enid Blyton. Kalau sekarang, ia paling senang membaca buku filsafat, sosiologi, antropologi, dan terutama sastra. Reading habit ini merupakan warisan turun-temurun dari keluarganya. Ratna bahkan pernah dua kali membuka Teras Baca untuk anak-anak tetangga sekitar karena ia memanfaatkan terasnya sebagai ruang baca publik anak-anak. Koleksi bukunya pun sangat banyak, namun beberapa hilang karena tak dikembalikan. Hobi membacanya ternyata juga menurun ke tiga anaknya. Bagi Ratna, bersama buku ia menjadi lebih hidup.

Berbicara masalah perempuan, khususnya perempuan Jambi, menurut Ratna Dewi, secara historis, perempuan Jambi menempati posisi sentral. Jika ditilik melalui folklor yang hidup dan dipercayai masyarakat, penguasa pertama di negeri melayu Jambi, ternyata seorang perempuan, yaitu Putri Pinang Masak. Dalam masa kolonialisme pun, perempuan, walau tidak memegang posisi tertinggi dalam silsilah kesultanan, namun di beberapa buku disebut bahwa berbagai keputusan penting,  Sultan maupun keluarga Sultan, terutama sekali diambil atas pengaruh dan pertimbangan kaum perempuan.

Di Jambi, sebuah perang besar, antara Jambi hulu dan hilir, bahkan pernah terjadi karena dipicu pertentangan kaum perempuan. Jelas, bahwa perempuan di Jambi pernah menempati peran sentral. Idealnya,  hari ini pun tetap berada di posisi yang sama. Namun, pengertian sentral tidak selalu berhubungan dengan penempatan tinggi atau tertinggi dalam sebuah jabatan publik atau politik. Sentral berarti bahwa keberadaan perempuan menjadi pertimbangan utama dalam keputusan-keputusan publik.

Ratna juga menjelaskan bahwa figur perempuan menjadi sangat penting di ruang publik. Sebagai contoh, peran dan keberterimaan terhadap perempuan ditentukan oleh edukasi dan penanaman nilai-nilai egaliterian, persamaan, fungsi gender, dan aktualisasi kemanusiaan yang ditanamkan sejak kecil di keluarga. Betapa, seorang manusia (lelaki dan perempuan) dibesarkan di ruang keluarga akan sangat menentukan pandangannya terhadap perempuan di ruang publik.

Tentu saja, tambahnya, peran perempuan di semua ruang dan bidang  adalah istimewa. Perempuan hanya tinggal memaksimalkan keistimewaan dan keunikan dirinya masing-masing. Perempuan diberi kelebihan yang merupakan konsekuensi dari fungsi-fungsi spesifiknya (reproduksi). Perempuan dianugrahi kemampuan mengasihi dan mencintai yang lebih, sifat empati yang dalam, kepekaan, kejujuran dan sifat-sifat intrinsik lain. Bayangkan betapa harmonis dan selarasnya ruang publik jika perempuan hadir dan memaksimalkan sifat-sifat ini! Masalahnya hari ini, untuk menjadi unggul, banyak perempuan justru meninggalkan sifat-sifat keperempuanannya dan berupaya keras menyerupai sedekat mungkin laki-laki. Perempuan berusaha menjadi laki-laki dan berhenti menjadi dirinya sendiri. Akibatnya, berujung pada gesekan dan konflik. Sifat saling mengisi tidak ada. Ruang publik kita hari ini defisit sifat feminitas.

Ketika tim redaksi puan.co menanyakan tantangan perempuan di era globalisasi dan teknologi informasi, menurut Ratna Dewi tantangannya sama saja dengan yang dihadapi laki-laki. Kesulitan terberat mungkin dialami perempuan-perempuan yang tinggal di pelosok-pelosok kota yang tak sempat tergapai kemajuan zaman secara maksimal. Globalisasi mengasumsikan semua orang dalam kondisi dan kesiapan yang sama. Hal yang secara faktual sebenarnya utopis karena kompleksnya persoalan pembangunan. Tantangan perempuan secara spesifik, lebih pada akses teknologi dan informasi yang masih terbatas, kesempatan aktualisasi yang belum setara, dan adanya stigma “abadi” yang melabeli perempuan bertanggung jawab penuh baik terhadap keluarganya maupun ruang publik yang ia pilih. Globalisasi belum menghitung ruang domestik (keluarga) sebagai bagian tak terpisah darinya.


Nah, Sahabat Puan sudah tahu di mana saja Ratna Dewi pernah berperan sebagai perempuan di ruang publik? Beberapa tahun belakangan, Ratna  pernah punya program sendiri  di salah satu TV Swasta di Jambi yang bernama Lensa Ratna, yang tayang seminggu dua kali tahun 2014 hingga 2015. Ditahun 2015 setelah program ini berakhir, Ratna memimpin proses kreatif sekaligus pemandu acara sebuah program talksow bertajuk IMK( Intelektual Muda Klub) yang tayanghingga Oktober 2016. Sejak April 2017 hingga sekarang, Ratna membawakan program dialog Kupas Habis yang mengangkat dan membedah berbagi isu penting seputar kehidupan sosial dan kemasyarakatan di provinsi Jambi.

Harapan Ratna Dewi buat perempuan Jambi ke depan, yakni perempuan Jambi harus melek dalam banyak hal, baik itu politik, hukum, maupun aspek sosial kemasyarakatan lain. Asah kepekaan agar bisa menangkap gejala sosial yang merugikan bahan menindas perempuan dimulai dari lingkungan terdekat (keluarga, sekolah, lingkungan bertetangga). Sesungguhnya banyak problem sosial (KDRF, prostitusi anak, dll.) yang bisa dicegah dan diantisipasi jika perempuan lebih peka dan mau peduli dengan lingkungannya. Satu lagi, kurangilah bermain gawai! Ibu, ayah, suami, sahabat, dan anak-anakmu butuh kehadiranmu utuh. Tanpa hati dan isi kepala yang tenggelam jauh di dalam gawai dan media sosial. Semailah lagi kebersamaan yang hakiki dan penuh cinta kasih sebelum masing-masing kita menjadi alien di keluarga dan lingkungan kita sendiri!

Jika Ratna Dewi harus memilih urutan yang lebih penting antara kecantikan fisik, kecantikan hati, dan kecantikan otak, baginya semuanya penting dan harusnya bisa diwujudkan secara selaras dan simultan.

Bagaimana Sahabat Puan? Anda ingin ingin juga tampil di ruang publik? Menurut Ratna Dewi, tipsnya sederhana, cukup menjadi diri sendiri dan tampil percaya diri! (RFH)

pernah dimuat di puan.co tanggal 21 Agustus 2017. Sila klik  http://puan.co/2017/08/menguak-rahasia-ratna-dewi-perempuan-dan-ruang-publik/





BIODATA
Nama                                       : Ratna Dewi
Nama Panggilan                        : Ratna / Dewi
TTL                                          : 19 Juli 1978
Riwayat Pendidikan                   : S-1 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
                                                   S-2 IAIN STS Jambi
Hobi                                          : Membaca, Traveling, Berorganisasi, dll.
Status                                        : Menikah
Pekerjaan                                  : Ketua Jambi Heritage Council, Pengurus SELOKO Institute,
                                                       Host Program Dialog dan Talkshow Jambi TV
Pengalaman Kerja                     : Majalah Parents Guide, Jakarta (Kontributor, 2002)
  PT Bina Globalindo (Dewan Direksi (2002 – 2004)
  Komisi Pemilihan Umum Kota Jambi (Ketua, 2008 – 2013)
  Pimred www.imcnews.id, (2015 – Oktober 2016)
  Pemilik Program Dialog Lensa Ratna, Jambi TV (2014 –  2016)
  Pimpinan Produksi dan Host Program Talkshow Intektual    
               Muda Club/IMC, Jambi TV (2015 – Okt 2016)
   Editorial Board Jurnal Budaya Seloko , Dewan Kesenian Jambi (2013 – 2015)
   Penyunting Jurnal Innovatio, Pascasarjana IAIN STS  
  Jambi (2014)
   Seloko Institute, Direktur  (2014 sampai sekarang)
   Jambi Heritage Council (Ketua, Mei 2016 sampai sekarang)
   FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) Jambi,
               2015 s.d. sekarang 

Pengalaman Organisasi
1. Pramuka, (SD-SMU)
2.  OSIS, (SMP-SMU)
3.  Senat Mahasiswa FPIPS, IKIP Bandung (1997-1998)
4.  Keluarga Mahasiswa IKIP Bandung (KMIB), Ketua (1998-1999)
5. HMI Cabang Bandung, Ketua (1999-2000)
6. PB HMI, Departemen Perkaderan (2000-2001)
7. Lingkar Studi Perempuan Bandung, Koordinator (2001-2002)
8. KAHMI Jambi (2013-2015)










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jepang I

diambil dari catatan Facebook, 17 Agustus 2010         Pepatah dalam bahasa Jepang disebut kotowaza (ことわざ)salah satunya nih, iwanu ga hana いわぬ が 花 artinya, tidak bicara itu bunga, maksudnya  diam adalah emas. "Aite no nai kenka wa dekinu" artinya Orang tak bisa bertengkar tanpa musuh. "Shippai wa seikou no moto" artinya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda "Hito no uwasa mo shici jyu go nichi"  (人の噂も七十五日) artinya, gosip/rumor hanya bertahan selama 75 hari alias gosip/rumor tidak akan bertahan lama.  "Sarumo ki kara ochiru" 猿も木から落ちる  artinya kera juga bisa jatuh dari pohon.  Sama artinya dengan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga "Baka mo ichi-gei" 馬鹿 も いちげい artinya, orang bodoh pun punya kelebihan/kebaikan "Arashi no ato, sora ni niji ga kakarimashita" artinya Badai pasti berlalu "Onna sannin yoreba kashimashii" artinya: di mana pun ketika ada t

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000) yang di su

Puisi-Puisi William Butler Yeats Terjemahan Rini Febriani Hauri

Ketika Kau Menua KETIKA kau menua, kelabu dan pengantuk, terangguk-angguk di dekat pendiangan, ambillah buku ini, bacalah pelan-pelan dan khayalkan pandangan matamu, yang dahulu lembut dan bayangannya yang dalam; betapa banyak yang  mengagumi saat-saat riangmu, dan mencintai kemolekanmu dengan cinta murni ataupun palsu tetapi seorang lelaki mencintai  kesalehan di dalam dirimu, dan mencintai kemurungan roman wajahmu yang silih berganti; sambil membungkuk di samping besi pendiangan yang berkilauan bara api bergumam, sedikit sedih, betapa cinta terbang dan melayang ke atas puncak gunung nun jauh di sana lalu menyembunyikan wajahnya di tengah kerumunan bintang-bintang 1919 Menjelang Fajar KEMBARAN mimpikukah ini? perempuan yang lelap terbaring di sisiku dan bermimpi ini, ataukah kami telah membelah mimpi dalam naungan kilauan dingin pertama hari ini? pikirku: ‘Ada air terjun di sisi Ben Bulben yang kusayang sepanjang masa kecilku;

Rise For Holiday