“ Kubayangkan
di balik cakrawala ada dunia lain yang ingin saya lihat, sehingga impian masa
kecil saya (adalah) ingin sekali menjadi masinis karena bisa menikmati
perjalanan jauh.” (GM Sudarta)
Membaca pernyataan GM Sudarta, Karikaturis yang telah malang melintang di
Kompas sejak tahun 1967, membuat memori kita sejenak kembali kepada
impian-impian masa kecil kita. Semua orang boleh bermimpi. Setiap orang boleh
berusaha. Hanya saja sejauh mana kemampuan kita dalam menjangkau dan
merealisasikan mimpi-mimpi kita. Semua tergantung dari kerja keras dan jalan
Tuhan.
Mimpi-mimpi yang dulu hanya sebatas bunga tidur, kini dapat terwujud dalam
bentuk pameran kartun dengan tema Gado-gado Kartun Ala Jambi – begitulah ucap
Edi Dharma, ketua Himpunan Seni Rupa Indonesia Provinsi Jambi (HSRI-J) – yang
menjadi salah seorang penggagas diadakannya pameran tersebut. Namun, masih
banyak mimpi yang hingga saat ini belum tergenggam dan masih terpelihara di
angan-angan.
Jakob Oetama pernah berkata, ”Tugas pers bukan untuk mengubah pendapat
orang lain, bukan untuk mendobrak atau revolusi, melainkan untuk menyampaikan
misi kebaikan.” Hal itulah yang sampai sekarang menjadi kredo bagi GM
Sudarta dalam membuat kartun.
Pada dasarnya seorang karikaturis adalah seorang wartawan gambar. Sementara
seorang kartunis dapat mengubah dunia dengan gambar. Sebagai contoh Walt Disney
– namanya sangat dikenal di seantero
dunia.
Lain GM Sudarta – lain pula kredo Edi Dharma. Kredo
berkesenian Edi Dharma dalam mencipta kartun, yakni mencari jawaban tentang
diri menuju keseimbangan hakiki dalam visual rupa.
Digelarnya pameran kartun mulai dari 20 – 26 Mei 2011 di gedung Prosenium Gos
Kambang untuk pertama kalinya di negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah menorehkan
sejarah baru bagi perkembangan kartun Jambi. Kegiatan ini tak lain – tak bukan sebagai
wujud apresiasi dari kerja sama yang apik antara Himpunan Seni Rupa Indonesia Provinsi
Jambi (HSRI-J), Taman Budaya Jambi (TBJ), dan komunitas kartun Rumah Combi
dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-103. Diharapkan – sejarah baru ini merupakan
tonggak awal bangkitnya dunia kartun di provinsi Jambi.
***
Antara kartun dan karikatur tentulah dua hal yang sangat berbeda meski
sedkit memiliki persamaan. Bila kartun hanya merupakan sebuah gambar lucu yang
menceritakan tentang sesuatu hal, karikatur lebih merujuk ke sebuah gambar lucu
yang berisi satire, sindiran, kritik jenaka, anekdot, ejekan yang
dilebih-lebihkan yang dikaitkan dengan seputar peristiwa hangat yang tengah
terjadi di negeri ini. Karikatur merupakan bagian dari kartun. Dan – bukanlah
hal baru lagi bila media memberi ruang bagi para kartunis dan karikaturis.
Sejarah mencatat, karikatur menjadi saksi bagi perjalanan bangsa di
beberapa negara. Bangsa Mesir Kuno misalnya telah mengenal seni karikatur pada
zaman firaun untuk mengkritik pemerintahan depostik. Disusul pula Yunani dan
Belanda di abad ke-17. Inggris di awal abad ke-18, Perancis di abad ke – 19,
dan berkembang pesat di AS pada abad ke-20. Hingga akhirnya lahirlah sosok
maskot karikatur di negara kita karya GM Sudarta di Kompas, yakni Oom Pasikom.
Sementara kartun memiliki ruang tersendiri, khususnya di dunia anak-anak.
Kecerdasan dan kemahiran seorang karikaturis dapat dilihat dari kekuatan
dalam menciptakan garis dan memadupadankan dalam visual gambar terhadap situasi
yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Seperti perbincangan saya dengan Pak
Fauzi, ketua Sanggar Lukis Tanah Pilih beberapa minggu lalu. Garis adalah
sebuah perjalanan jiwa. Tak ada ilmu pasti di dalam kesenian. Begitulah, pesan
yang bisa saya ambil. Sebab – saya adalah orang yang sangat awam dalam seni
rupa. Meski pernah beberapa kali belajar melukis.
Dalam pameran gado-gado kartun ala Jambi ini, Edi dharma tergolong pelaku seni rupa yang serba bisa. Selain
melukis, juga bisa membuat kartun. Sejumlah karya Edi Dharma dapat dilihat antara lain bergenre
kartun, komik sejarah Jambi dan karikatur. Sementara Bona Pakpahan, Syafrin, Yanto,
dan Ella lebih condong ke wilayah kartun. Media yang digunakan antara lain di
atas kanvas, banner, dan digital painting. Masyarakat dapat menilai dan
mengapresiasi sendiri – nilai estetika dan stilistika seni serta pesan yang
terkandung di dalamnya.
***
Berangkat dari hal tersebut – alangkah lebih baiknya bila tokoh-tokoh sejarah
dan kebudayaan Jambi diangkat dan dibukukan dalam bentuk komik/kartun. Agar
para generasi muda Jambi lebih dini mengenal dan mencintai sejarah dan
kebudayaan tempat tinggalnya. Kalau bukan kita – warga Jambi yang membangun dan
memelihara kebudayaan kita, siapa lagi yang bisa kita andalkan ? Namun, semua
itu kembali lagi kepada siapa dan bagaimana konsep tersebut bisa dijalankan dan
diamanatkan. Semua pelaku dan penikmat seni tentunya sangat mendukung adanya
peran serta itu.
Selanjutnya – semoga ke depan ajang pameran seni rupa dapat digelar setiap
tahun di provinsi Jambi. Sebab – menurut pengamatan saya dua tahun terakhir tak
ada pagelaran pameran seni rupa seperti ini. Yang selalu up to date dan aktif
diselenggarakan hanya seni pertunjukan. Semoga bisa menjadi pembelajaran agar
pelaku seni di bidang seni rupa dapat mengimbangi seni pertunjukan di provinsi
Jambi. Bagi siapapun pencinta seni – mari kita dukung para seniman-seniman
Jambi agar terus berkarya membangun dan memajukan Jambi.
Dan, perjalanan hidup di dalam kartun, yang harus
saya tempuh ini masih sangat jauh. Karena masih ada perjalanan lain yang harus saya
tempuh, yakni perjalanan menuju dunia lain di balik cakrawala ! (GM Sudarta)
***
Tulisan ini
dimuat di koran Jambi Independent pertanggal 29 Mei 2011.
Komentar
Posting Komentar