Pembacaan atas puisi ‘Sebab Dikau’ karya Amir Hamzah dan Sabrina Nozomi Liebe
( NB: Setelah tulisan ini terbit di koran Jambi Independet pada rubik sastra, kawan saya yang guru Bahasa dan Sasta Indonesia itu - Sabrina telah menghapus puisi ini di catatannya. Entah apa maksud Sabrina melakukan itu)
Oleh : Rini Febriani Hauri
dimuat di harian Jambi Independent tanggal 03 dan 10 Oktober 2010 dan tidak ada dokumentasi foto
Membaca dua puisi yang berjudul sama ”Sebab Dikau” karya Amir Hamzah dan Sabrina Nozomi Liebe, ibarat pinang dibelah dua. Keduanya memiliki kemiripan baik dari segi tipografi, diksi, pemenggalan kata maupun rima dalam beberapa bait. Bedanya, puisi Sabrina belum dibukukan, hanya sebatas di publish di jejaring sosial facebook. Tapi, dampaknya – bagi Sabrina sendiri – sangat luar biasa. Banyak kawan-kawan penyair menilai tulisan Sabrina – guru bahasa dan sastra Indonesia salah satu sekolah dasar swasta di Jambi – adalah penjiplakan.
Mengetahui banyak kawan penyair mencap karya itu hasil jiplakan, saya – yang masih kawan dengan Sabrina - berusaha menghubunginya, dengan maksud memberitahu bahwa puisi yang berjudul Sebab Dikau, sama dengan puisi Amir Hamzah yang terangkum dalam buku kumpulan puisi Nyanyi Sunyi. Sungguh, saya tercengang membaca balasan dari Sabrina yang guru bahasa dan sastra Indonesia itu. Berikut saya cantumkan percakapan yang pernah saya lakukan dengan Sabrina via Facebook:
Rini Febriani Hauri: Ini kan Puisi karya Amir Hamzah Sab, dari bukunya yg berjudul NYANYI SUNYI (BP/PR. 1937), tapi kok beberapa frasa dan katanya banyak yg di edit? Kebetulan Aku punya bukunya. 04 September jam 16:11 melalui Facebook Seluler .
Sabrina Nozomi Liebe: Aku gak punya bukunya tuh jenk? Masak si, bisa sama.. Wahwah hebat dunk "Berguru Pada Sastrawan Dunia", dapat warisan dari Amir Hamzah. Kamu punya bukunya, boleh aku pinjam. Karena aku mau terima warisan lebih banyak lagi dari beliau? Kemarin jam 7:49 melalui Facebook Seluler
Berikut puisi Sabrina yang di publish di Facebook tertanggal 25 Agustus 2010 jam 20:15. Tak lupa, saya juga cantumkan puisi karya Amir Hamzah. Tentunya apa yang saya lakukan ini sebagai jalan mempermudah pembacaan kita dan tentunya penelisikan kedua karya tersebut.
Puisi I Sabrina Nozomi Liebe
Sebab Dikau
mengiba hidup sebab dikau/ setangkai kuntum merobek hariku/ membunga cinta di hatiku/ menebar wangi sari di jantungku// hidup ini mimpi/ dan lakon di layar terkembang/ aku pemimpi lagi penari/ siuman sadar silih berganti// merupa aku di datar layar/ wayang warna mencuplik rasa/ kalbu rindu memaksa ikut/ dua sukma esa-mesra//
diriku wayang dirimu wayang/ penghibur dalang pengatur tembang/ di layar terkelar bertukar pandang/ selaras selaju senada dendang// golek gemilah ditukar pula/ aku engkau di kotak tergolek/ aku engkau boneka/ penyenang dayang pengalun sajak//
Puisi II Amir Hamzah
Sebab Dikau
kasihkan hidup sebab dikau/ segala kuntum mengoyak kepak/ membunga cinta dalam hatiku/ mewangi sari dalam jantungku// hidup seperti mimpi/ laku lakon di layar terkelar/ aku pemimpi lagi penari/ sedar siuman bertukar-tukar// maka merupa di datar layar/ wayang warna menayang rasa/ kalbu rindu turut mengikut/ dua sukma esa-mesra// aku boneka engkau boneka/ penghibur dalang mengatur tembang/ di layar kembang bertukar pandang/ hanya selagu sepanjang dendang// golek gemilang ditukarnya pula/ aku engkau di kotak terletak/ aku boneka engkau boneka/ penyenang dalang mengarak sajak//
***
Hampir di setiap baris, beberapa diksi dalam puisi Sabrina serupa dengan puisi Amir Hamzah. Namun tidak dipungkiri beberapa diksi dalam tiap baris terdapat beberapa perbedaan. Misalnya Pada baris pertama bait pertama, diksi ”kasihkan” (kasihkan hidup sebab dikau) dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”mengiba” (mengiba hidup sebab dikau) pada puisi Sabrina Nozomi Liebe. Pada baris pertama bait kedua, diksi ”seperti” (hidup seperti mimpi) dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”ini” (hidup ini mimpi) pada puisi Sabrina Nozomi Liebe. Begitupun seterusnya. Masih banyak lagi terdapat kesamaan dan sedikit perbedaan.
Kemudian terdapatnya kesamaan jumlah suku kata maupun tipografi dan diksi dapat dilihat dalam baris ketiga bait pertama (membunga cinta dalam hatiku), pada baris ketiga bait kedua (aku pemimpi lagi penari), baris keempat bait ketiga (dua sukma esa-mesra). Sementara perbedaan lainnya yakni Pada baris pertama bait keempat puisi Amir Hamzah ”aku boneka engkau boneka”, namun pada puisi Sabrina Nozomi Liebe berubah menjadi ”diriku wayang dirimu wayang.”
Permainan bunyi atau rima dalam bait pertama dan keempat oleh Sabrina adalah rima berangkai dengan susunan a/a/a/a. Bunyi yang membangun kata dikombinasi sedimian rupa hingga terasa merdu menyebabkan puisi lebih dinamik dan hidup. Sementara pada bait pertama dan keempat puisi Amir Hamzah menggunakan rima bebas. Lebih lanjut Permainan bunyi atau rima pada puisi Amir Hamzah bait kedua dan dan kelima menggunakan rima berselang susunan a/b/a/b dan bait ketiga menggunakan rima bebas namun dalam puisi Sabrina rima pada bait kedua berubah menjadi rima bebas dan bait ketiga dan kelima ditemukan kesamaan rima.
Jumlah suku kata yang sama dapat dilihat dalam bait dua, tiga dan empat. Sementara bait pertama baris keempat pada puisi Sabrina terdapat penambahaan preposisi ”di” ”(menebar wangi sari di jantungku) dan terdapat perbedaan diksi ”menebar wangi” dengan ”mewangi” dalam pada puisi Amir Hamzah (mewangi sari dalam jantungku). Berkurangnya jumlah suku kata dapat dilihat dalam bait kelima baris ketiga. Dalam puisi Amir hamzah terdapat empat suku kata (aku boneka engkau boneka), sedangkan dalam puisi Sabrina terdapat tiga suku kata (aku engkau boneka).
Selain itu Puisi Sabrina Nozomi Liebe pada bait kedua baris keempat dilakukan penggantian fonem dari /e/ ke /a/ dan perubahaan posisi diksi yakni pada diksi ”siuman sadar”, sementara pada bait yang sama dan juga baris yang sama puisi Amir Hamzah diksi tersebut adalah ”sedar siuman”. Dan pada baris ketiga bait keempat, diksi ”layar kembang” dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”layar terkelar” pada puisi Sabrina. Diksi ”terkelar” sebelumnya terdapat dalam baris kedua bait kedua pada puisi Amir Hamzah, namun pada puisi Sabrina Nozomi Liebe diksi ”terkelar” dan ”kembang” bertukar posisi.
***
Awalnya, saya tak mau mencap karya Sabrina sebagai upaya penjiplakan. Saya berfikir, ini sebuah eksperimen, seperti yang pernah dilakukan Afrizal Malna, Chairil Anwar, Hasan Aspahani dll. Akan tetapi alasan saya itu tak terbukti ketika membaca komentar dari kawan-kawan penyair yang sengaja saya undang masuk ke note di Facebook, sebelum tulisan ini rampung. Berikut tanggapan kawan-kawan penyair dari pelbagai penjuru tanah air. Wacana tersebut sengaja saya lemparkan pada tanggal 08 September 2010 dalam catatan berjudul Eksplorasi atau Penjiplakan. Berhubung komentarnya banyak, saya hanya menampilkan sebagian saja.
Dimas Arika Mihardja : INI PENJIPLAKAN. PERUBAHAN DI BEBERAPA BAGIAN BUKAN EKSPLORASI, MELAINKAN PEMERKOSAAN KARYA ORANG LAIN. SEGERA BEROBAT DAN BERTOBATLAH MELAKUKAN PENGAKUAN DOSA DAN JANGAN PURA-PURA TAK MENGERTI KARYA ORANG LAIN (RAJA PENYAIR PUJANGGA BARU ITU). 08 September jam 17:41
Kasman McTutu :MAAF, INI PENJIPLAKAN DAN SANGAT MEMALUKAN...!!!
08 September jam 18:17
Malam Gerimis : Setelah membandingkan dan baca berulang-ulang ternyata tak banyak berubah dengan yang punya Amir hamzah.,disini Sabrina harus bisa mempertanggung jawabkn karyanya karena dia sendiri yang tau dan harus berjiwa besar menjelaskan kepada kawan-kawan bahwa karyanya asli atau plagiat.. 08 September jam 19:04
Handoko F Zainsam : Aku pastikan: INI PENJIPALAKAN atau PLAGIAT. Tak ada alasan apapun atas pembelaannya. Walah.. apalagi ini seorang guru. Eh, guru apa teman guru ya? Jika informasi itu benar adanya. Guru yang hendaknya memberikan pengajaran menghargai karya....Kalau memang tidak bisa membuat puisi mendingan jangan membuat puisi. Daripada mengaku aku puisi orang. Parahnya, pujangga besar diambil. GILA! 08 September jam 18:20
Membaca Serat Centhini : Terima kasih RFH, ini pembelajaran yang selalu mesti diingatkan, bahwa kejujuran adalah fondasi terpenting dalam berkarya. 09 September jam 4:04
Titas Suwanda PENJIPLAKAN! 09 September jam 8:13
Dony P Herwanto ini benar-benar penjiplakan..Penulisnya mengaku tak mengetahui atau pura-pura tak tahu..ini harus ada penjelasan dari penulisnya...09 September jam 15:01.
Arsyad Indradi Aku hanya bisa wah wah tidak bisa ngomong, kerongkonganku terasa tercekik, air mataku berlinangan, sedih. 09 September jam 16:03
***
Saya membayangkan, kelak Sabrina Nozomi Liebe mau memberikan pengakuan baik lewat situs jejaring sosial facebook maupun media lainnya bahwa apa yang telah ditulisnya tersebut sebuah jiplakan. Pada dasarnya perbuatan seperti demikian merupakan sebuah dosa besar dalam berkarya. Sebuah karya baik itu karya sastra maupun karya seni bukanlah mainan, sebab ia memiliki nilai. Wacana ini diciptakan bukanlah sebagai penghakiman terhadap seseorang melainkan bertujuan untuk menelisik upaya penjiplakan dan memaparkan fakta-fakta yang telah terjadi dalam karya sastra puisi. Pada akhirnya saya masih menunggu pengakuan itu ! Tabik.
Rini Febriani Hauri, Penikmat Sastra, tinggal di Jambi.
( NB: Setelah tulisan ini terbit di koran Jambi Independet pada rubik sastra, kawan saya yang guru Bahasa dan Sasta Indonesia itu - Sabrina telah menghapus puisi ini di catatannya. Entah apa maksud Sabrina melakukan itu)
Oleh : Rini Febriani Hauri
dimuat di harian Jambi Independent tanggal 03 dan 10 Oktober 2010 dan tidak ada dokumentasi foto
Membaca dua puisi yang berjudul sama ”Sebab Dikau” karya Amir Hamzah dan Sabrina Nozomi Liebe, ibarat pinang dibelah dua. Keduanya memiliki kemiripan baik dari segi tipografi, diksi, pemenggalan kata maupun rima dalam beberapa bait. Bedanya, puisi Sabrina belum dibukukan, hanya sebatas di publish di jejaring sosial facebook. Tapi, dampaknya – bagi Sabrina sendiri – sangat luar biasa. Banyak kawan-kawan penyair menilai tulisan Sabrina – guru bahasa dan sastra Indonesia salah satu sekolah dasar swasta di Jambi – adalah penjiplakan.
Mengetahui banyak kawan penyair mencap karya itu hasil jiplakan, saya – yang masih kawan dengan Sabrina - berusaha menghubunginya, dengan maksud memberitahu bahwa puisi yang berjudul Sebab Dikau, sama dengan puisi Amir Hamzah yang terangkum dalam buku kumpulan puisi Nyanyi Sunyi. Sungguh, saya tercengang membaca balasan dari Sabrina yang guru bahasa dan sastra Indonesia itu. Berikut saya cantumkan percakapan yang pernah saya lakukan dengan Sabrina via Facebook:
Rini Febriani Hauri: Ini kan Puisi karya Amir Hamzah Sab, dari bukunya yg berjudul NYANYI SUNYI (BP/PR. 1937), tapi kok beberapa frasa dan katanya banyak yg di edit? Kebetulan Aku punya bukunya. 04 September jam 16:11 melalui Facebook Seluler .
Sabrina Nozomi Liebe: Aku gak punya bukunya tuh jenk? Masak si, bisa sama.. Wahwah hebat dunk "Berguru Pada Sastrawan Dunia", dapat warisan dari Amir Hamzah. Kamu punya bukunya, boleh aku pinjam. Karena aku mau terima warisan lebih banyak lagi dari beliau? Kemarin jam 7:49 melalui Facebook Seluler
Berikut puisi Sabrina yang di publish di Facebook tertanggal 25 Agustus 2010 jam 20:15. Tak lupa, saya juga cantumkan puisi karya Amir Hamzah. Tentunya apa yang saya lakukan ini sebagai jalan mempermudah pembacaan kita dan tentunya penelisikan kedua karya tersebut.
Puisi I Sabrina Nozomi Liebe
Sebab Dikau
mengiba hidup sebab dikau/ setangkai kuntum merobek hariku/ membunga cinta di hatiku/ menebar wangi sari di jantungku// hidup ini mimpi/ dan lakon di layar terkembang/ aku pemimpi lagi penari/ siuman sadar silih berganti// merupa aku di datar layar/ wayang warna mencuplik rasa/ kalbu rindu memaksa ikut/ dua sukma esa-mesra//
diriku wayang dirimu wayang/ penghibur dalang pengatur tembang/ di layar terkelar bertukar pandang/ selaras selaju senada dendang// golek gemilah ditukar pula/ aku engkau di kotak tergolek/ aku engkau boneka/ penyenang dayang pengalun sajak//
Puisi II Amir Hamzah
Sebab Dikau
kasihkan hidup sebab dikau/ segala kuntum mengoyak kepak/ membunga cinta dalam hatiku/ mewangi sari dalam jantungku// hidup seperti mimpi/ laku lakon di layar terkelar/ aku pemimpi lagi penari/ sedar siuman bertukar-tukar// maka merupa di datar layar/ wayang warna menayang rasa/ kalbu rindu turut mengikut/ dua sukma esa-mesra// aku boneka engkau boneka/ penghibur dalang mengatur tembang/ di layar kembang bertukar pandang/ hanya selagu sepanjang dendang// golek gemilang ditukarnya pula/ aku engkau di kotak terletak/ aku boneka engkau boneka/ penyenang dalang mengarak sajak//
***
Hampir di setiap baris, beberapa diksi dalam puisi Sabrina serupa dengan puisi Amir Hamzah. Namun tidak dipungkiri beberapa diksi dalam tiap baris terdapat beberapa perbedaan. Misalnya Pada baris pertama bait pertama, diksi ”kasihkan” (kasihkan hidup sebab dikau) dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”mengiba” (mengiba hidup sebab dikau) pada puisi Sabrina Nozomi Liebe. Pada baris pertama bait kedua, diksi ”seperti” (hidup seperti mimpi) dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”ini” (hidup ini mimpi) pada puisi Sabrina Nozomi Liebe. Begitupun seterusnya. Masih banyak lagi terdapat kesamaan dan sedikit perbedaan.
Kemudian terdapatnya kesamaan jumlah suku kata maupun tipografi dan diksi dapat dilihat dalam baris ketiga bait pertama (membunga cinta dalam hatiku), pada baris ketiga bait kedua (aku pemimpi lagi penari), baris keempat bait ketiga (dua sukma esa-mesra). Sementara perbedaan lainnya yakni Pada baris pertama bait keempat puisi Amir Hamzah ”aku boneka engkau boneka”, namun pada puisi Sabrina Nozomi Liebe berubah menjadi ”diriku wayang dirimu wayang.”
Permainan bunyi atau rima dalam bait pertama dan keempat oleh Sabrina adalah rima berangkai dengan susunan a/a/a/a. Bunyi yang membangun kata dikombinasi sedimian rupa hingga terasa merdu menyebabkan puisi lebih dinamik dan hidup. Sementara pada bait pertama dan keempat puisi Amir Hamzah menggunakan rima bebas. Lebih lanjut Permainan bunyi atau rima pada puisi Amir Hamzah bait kedua dan dan kelima menggunakan rima berselang susunan a/b/a/b dan bait ketiga menggunakan rima bebas namun dalam puisi Sabrina rima pada bait kedua berubah menjadi rima bebas dan bait ketiga dan kelima ditemukan kesamaan rima.
Jumlah suku kata yang sama dapat dilihat dalam bait dua, tiga dan empat. Sementara bait pertama baris keempat pada puisi Sabrina terdapat penambahaan preposisi ”di” ”(menebar wangi sari di jantungku) dan terdapat perbedaan diksi ”menebar wangi” dengan ”mewangi” dalam pada puisi Amir Hamzah (mewangi sari dalam jantungku). Berkurangnya jumlah suku kata dapat dilihat dalam bait kelima baris ketiga. Dalam puisi Amir hamzah terdapat empat suku kata (aku boneka engkau boneka), sedangkan dalam puisi Sabrina terdapat tiga suku kata (aku engkau boneka).
Selain itu Puisi Sabrina Nozomi Liebe pada bait kedua baris keempat dilakukan penggantian fonem dari /e/ ke /a/ dan perubahaan posisi diksi yakni pada diksi ”siuman sadar”, sementara pada bait yang sama dan juga baris yang sama puisi Amir Hamzah diksi tersebut adalah ”sedar siuman”. Dan pada baris ketiga bait keempat, diksi ”layar kembang” dalam puisi Amir Hamzah berubah menjadi ”layar terkelar” pada puisi Sabrina. Diksi ”terkelar” sebelumnya terdapat dalam baris kedua bait kedua pada puisi Amir Hamzah, namun pada puisi Sabrina Nozomi Liebe diksi ”terkelar” dan ”kembang” bertukar posisi.
***
Awalnya, saya tak mau mencap karya Sabrina sebagai upaya penjiplakan. Saya berfikir, ini sebuah eksperimen, seperti yang pernah dilakukan Afrizal Malna, Chairil Anwar, Hasan Aspahani dll. Akan tetapi alasan saya itu tak terbukti ketika membaca komentar dari kawan-kawan penyair yang sengaja saya undang masuk ke note di Facebook, sebelum tulisan ini rampung. Berikut tanggapan kawan-kawan penyair dari pelbagai penjuru tanah air. Wacana tersebut sengaja saya lemparkan pada tanggal 08 September 2010 dalam catatan berjudul Eksplorasi atau Penjiplakan. Berhubung komentarnya banyak, saya hanya menampilkan sebagian saja.
Dimas Arika Mihardja : INI PENJIPLAKAN. PERUBAHAN DI BEBERAPA BAGIAN BUKAN EKSPLORASI, MELAINKAN PEMERKOSAAN KARYA ORANG LAIN. SEGERA BEROBAT DAN BERTOBATLAH MELAKUKAN PENGAKUAN DOSA DAN JANGAN PURA-PURA TAK MENGERTI KARYA ORANG LAIN (RAJA PENYAIR PUJANGGA BARU ITU). 08 September jam 17:41
Kasman McTutu :MAAF, INI PENJIPLAKAN DAN SANGAT MEMALUKAN...!!!
08 September jam 18:17
Malam Gerimis : Setelah membandingkan dan baca berulang-ulang ternyata tak banyak berubah dengan yang punya Amir hamzah.,disini Sabrina harus bisa mempertanggung jawabkn karyanya karena dia sendiri yang tau dan harus berjiwa besar menjelaskan kepada kawan-kawan bahwa karyanya asli atau plagiat.. 08 September jam 19:04
Handoko F Zainsam : Aku pastikan: INI PENJIPALAKAN atau PLAGIAT. Tak ada alasan apapun atas pembelaannya. Walah.. apalagi ini seorang guru. Eh, guru apa teman guru ya? Jika informasi itu benar adanya. Guru yang hendaknya memberikan pengajaran menghargai karya....Kalau memang tidak bisa membuat puisi mendingan jangan membuat puisi. Daripada mengaku aku puisi orang. Parahnya, pujangga besar diambil. GILA! 08 September jam 18:20
Membaca Serat Centhini : Terima kasih RFH, ini pembelajaran yang selalu mesti diingatkan, bahwa kejujuran adalah fondasi terpenting dalam berkarya. 09 September jam 4:04
Titas Suwanda PENJIPLAKAN! 09 September jam 8:13
Dony P Herwanto ini benar-benar penjiplakan..Penulisnya mengaku tak mengetahui atau pura-pura tak tahu..ini harus ada penjelasan dari penulisnya...09 September jam 15:01.
Arsyad Indradi Aku hanya bisa wah wah tidak bisa ngomong, kerongkonganku terasa tercekik, air mataku berlinangan, sedih. 09 September jam 16:03
***
Saya membayangkan, kelak Sabrina Nozomi Liebe mau memberikan pengakuan baik lewat situs jejaring sosial facebook maupun media lainnya bahwa apa yang telah ditulisnya tersebut sebuah jiplakan. Pada dasarnya perbuatan seperti demikian merupakan sebuah dosa besar dalam berkarya. Sebuah karya baik itu karya sastra maupun karya seni bukanlah mainan, sebab ia memiliki nilai. Wacana ini diciptakan bukanlah sebagai penghakiman terhadap seseorang melainkan bertujuan untuk menelisik upaya penjiplakan dan memaparkan fakta-fakta yang telah terjadi dalam karya sastra puisi. Pada akhirnya saya masih menunggu pengakuan itu ! Tabik.
Rini Febriani Hauri, Penikmat Sastra, tinggal di Jambi.
Komentar
Posting Komentar