Sebelum berbicara serius tentang buku yang akan dibahas pada opini kali ini, mungkin ada baiknya saya mengucapkan selamat pada penulis. Sebab, buku itu mengantarkannya menjadi nomor satu dalam sebuah kompetisi. Saya tahu, untuk berada pada posisi jawara ia harus menyepi beberapa waktu ke sebuah kampung. Ya, memang tidak mudah untuk sekadar menjadi penulis cerita anak. Kesulitan itu juga dirasakan kawan saya dari Blitar ketika mengikuti pelatihan penulisan cerita fiksi dan non fiksi tingkat Jawa Timur di Batu baru-baru ini. Butuh kesabaran dan dedikasi untuk menghasilkan cerita yang bagus. Apakah setiap orang bisa menulis? Saya kira iya, tinggal sekarang pertanyaannya: seberapa seringkah mereka melatih kepekaan dalam mengolah rasa dan menyusun kalimat?. Rini Febriani Hauri adalah nama yang tidak asing di telinga saya. Kemampuannya dalam mengolah kalimat hingga menjadi bait-bait cerita yang rancak sudah tidak diragukan. Opini ini tidak bermaksud mencari titik lemah karangannya
Seorang wanita – bukan perempuan – yang ingin selamanya hidup di dalam puisi – senang merayakan kesedihan dan makan keju basi. (Rini Febriani Hauri)