Pertama kali melihat buku ini,
saya kira isinya hanya akan membicarakan kemalangan tanpa menyinggung
percintaan sedikit pun. Namun setelah membacanya, prediksi tersebut salah. Novel
berjudul Orang-Orang Malang adalah
novel permana Fyodor Dostoevsky yang terbit pada Januari 1846. Novel ini
ditulis selama sembilan bulan ketika Dostoevsky berusia 24 tahun. Orang-orang pertama terdekat yang dipinjami naskah ini
tak bisa berhenti membaca sebelum menyelesaikannya hingga pukul empat pagi,
naskah ini konon mampu membuat pembaca pertama itu bercucuran air mata. Mereka menganggap
bahwa Dostoevsky adalah “The next Niikolai Gogol”. Mereka percaya bahwa novel ini sangat
dipengaruhi oleh Gogol. Bahkan, Vissarion Belinsky, kritikus sastra paling
berpengaruh pada saat itu, ikut pula memujinya.
Charlotte Hobson pernah
mengatakan bahwa saat ia menelaah perbedaan antara tulisan Gogol dan Dostoevsky,
menurutnya, pendekatan yang digunakan Dostoevsky dalam karyanya yang pertama
ini sangatlah berbeda dengan gaya pendekatan Gogol. Gogol tergelincir ke dalam
dunia fantastik berisi impian indah dan buruk. Sementara Dostoevsky sudah
menetapkan wilayah yang akan digarap sepanjang hidupnya, bahwa ia berjanji akan
menjadi penulis Rusia yang paling banyak dibaca orang di dunia dan benarlah
perkataannya itu. Orang-Orang Malang
telah menjadi contoh tipikal studi atas Dostoevskian: suatu potret psikologis
tajam atas manusia yang keadaannya kepepet sampai hampir tak tertahankan
olehnya.
Novel Orang-Orang Malang merupakan genre epistolery novel, yakni novel yang berisi surat-menyurat antara
Makar Devushkin – seorang juru tulis miskin
berusia paruh baya di kantor milik negara – dan Varvara Dobroselova – perempuan berusia akhir belasan tahun. Novel
ini diterjemahkan dengan sangat baik, meski ada beberapa kerja editor yang
belum tuntas sehingga mengecewakan pembaca. Masih ada beberapa kata yang salah
ketik dan telah saya tandai jumlahnya lebih dari lima.
Kisah dibuka dengan surat yang
ditulis oleh Devushkin untuk Varvara. Surat-surat yang mereka tulis berisi
tentang banyak hal: rahasia, kekonyolan, kenyinyiran terhadap kaum borjuis,
serta hal-hal yang alegoris dan terkadang liris. Devushkin sendiri adalah
lelaki paruh baya yang sering mabuk dan hampir setiap hari menderita sakit
kepala. Ia menderita pelbagai kemalangan yang nyaris membuatnya gila. Mulai
dari kesulitan ekonomi hingga tertolaknya ia di lingkungan karena
kemiskinannya.
Devushkin memang sangat miskin
sehingga untuk makan dan membayar sewa apartemen ia seringkali kesulitan,
sampai pernah suatu malam ia tak diizinkan tidur di dalam kamar karena tak
mampu membayar sewa. Pakaiannya compang-camping, telapak sepatu botnya hampir
lepas dan bolong tanpa tambalan. Kancing-kancing pada bajunya kadangkala jatuh
ke lantai karena benag-benang yang melingkupinya sudah sangat rapuh.Namun ia
sangat pemurah dan rela mengorbankan segalanya untuk kekasihnya, Varvara. Ia
tak segan-segan mengirimkan barang-barang mewah untuk Varvara meskipun Devushkin
harus meminjam uang dan menerima penolakan-penolakan atas itu. Varvara yang
bekerja sebagai pembantu sering pula menolaknya, namun tetap saja Devushkin
melakukannya dengan senang hati. Ia bahkan rela menjual baju-baju bagusnya demi
membahagiakan Varvara.
Devushkin memang sangat
menjunjung tinggi humanisme, namun hal ini tentu sangat miris dan berada di
luar batas nalar. Seseorang yang dalam kebangkrutan masih mau mengorbankan
dirinya untuk orang lain. Tak lain tak bukan demi perasaan cinta yang melimpah
ruah. Varvara sendiri merupakan anak yatim yang juga miskin. Mereka tinggal
berdekatan, namun jarang sekali melangsungkan pertemuan sebab mereka belum siap
pada tanggapan orang-orang sekitar yang akan mengetahui hubungan mereka.
Uniknya, dalam penulisan surat, nama Devushkin disebut
Varvara sebagai Makar Alexeyevich dan nama Varvara disebut Devushkin menjadi
Varvara Alexeyevna. Jika kita menilik rumus penamaan dalam bahasa Rusia,
biasanya kata kedua dalam nama adalah identitas nama ayah. Jika anak perempuan,
setelah nama ayah bisa ditambah ovna/yevna/ichna + nama marga -ova, sedangkan
anak laki-laki, pada anam ayah bisa ditambah ovich/yevich/ich + nama marga -ov. Jadi,
Varvara Alexeyevna berarti: Varvara (identitas nama), Alexeyevna (adalah nama
ayah), namun tidak disertai marga. Untuk nama lengkap dalam bahasa rusia
biasanya terdiri atas tiga kata. Barangkali Varvara adalah seorang yatim yang
sangat merindukan kasih sayang seorang ayah. Bisa jadi, kisah asmara yang ia
jalin dalam dunianya adalah cara lain Varvara dalam pencarian sosok keluarga
yang sangat ia idamkan.
Varvara sangat senang menulis
surat-surat kepada Devushkin sebab baginya, menulis adalah obatuntuk mengatasi
diri dari ketakutan. Ia sangat ingin
menjadi penulis dan menyukai buku-buku sastra. Mereka membicarakan Pushkin dan
Gogol. Dalam hal ini, saya tiba-tiba teringat Haruki Murakami. Dalam beberapa
tulisannya, Murakami juga sering menyebut-nyebut tokoh idola “Penulis Jepang”,
misalkan Yasunari Kawabata, Yukio Mishima, Kazuo Ishiguro, dll. Semangat
kebangsaan yang dibangun Dostoevsky barangkali menginspirasi banyak pembaca.
Atau mungkin ini hanya kebetulan belaka?
Saya sungguh terkesan dengan gaya
penulisan Varvara yang sangat feminim. Dostoevsky berhasil memunculkan roh
perempuan yang benar-benar hidup dan tertinggal di hati saya. Benarlah bahwa
Dostoevsky adalah penulis piawai yang patut diacungi jempol. Meski ia bukanlah
seorang androgini, atau bila meminjam terminologi Virginia Woolf dalam
esai-esai feminisnya, Dostoevsky tampaknya bukanlah seorang man-womanly.
Yang paling tampak sekaligus
miris dan mengiris adalah manifesto sosial yang dimunculkan Dostoyevsky dalam
diri Devushkin. Ia memang seorang miskin yang dideru dera kemiskinan dan
kemalangan sehingga beberapa kali ia dipermainkan oleh orang-orang borjuis yang
merasa dirinya mulia. Beberapa hal yang
hingga saat ini masih bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari bahwa
orang-orang borjuis selalu mengukur sesuatu berdasarkan uang sehingga beberapa
kali pula Devushkin terjebak dalam kebingungan,penderitaan, ketakutan yang
mencekam, yang sering membuatnya merasa kehilangan harga diri. Ia juga sering
tertekan dalam kemalangan, tersiksa, dan dihinakan oleh nasib yang seringkali
mengingkari dirinya sendiri. Satu hal yang membuatnya bersemangat untuk hidup:
Varvara.
Meski Devushkin berada diambang
kehancuran dan kebangkruran, Varvara selalu memberinya dukungan moril. Menurut
Varvara kemiskinan bukanlah sebuah dosa meski kenyataannya bahwa kemalangan
adalah penyakit menular sehingga orang-orang malang memang harus dijauhi dan
dihindari. Kesakitan-kesakitan yang dihadapi Devushkin rupanya juga dirasakan
oleh Varvara. Varvara sering dihantui perasaan takut atas nasibnya. Ia sudah
tak suci lagi sebab keperempuanannya telah direnggut oleh lelaki kaya seorang
tuan tanah. Dalam beberapa kisah dimunculkan bahwa ada tokoh-tokoh lain yang
mengalami kemalangan, seperti Gorshkov dan Pokrovsky, yang ceritanya tidak jauh
berbeda dengan nasib tokoh sentralnya.
Kemiskinan dan penderitaan
tampaknya membuat Varvara pesimis dalam menghadapi masa depan sebab yang tampak
dalam bayangannya hanyalah kemuraman. Untuk menghindarkan diri dari kemiskinan,
kemalangan, dan kesengsaraan, Varvara memilih menikah dengan lelaki yang pernah
memperkosanya, seorang tuan tanah kaya tua bernama Tn. Bykof. Kenyataan yang hadir
dalam Devushkin, mebuatnya nyaris putus asa. Hari-hari terakhir menjelang
perpisahan, kentara sekali surat-surat mereka yang terputus atau surat yang
tanpa alasan belum jadi dikirimkan. Sebuah ironi bahwa material mampu mengubah
pandangan seseorang akan masa depan. Pada akhirnya, setiap orang berhak memilih
nasibnya. Dan perasaan cinta yang terpendam? Siapa saja boleh menguburnya atau
membiarkannya hilang dimakan usia.
Judul : Orang-Orang Malang
Penulis : Fyodor Dostoevsky
Penerjemah : Hartono Hadikusumo
Penerbit : Oak
Cetakan ke : pertama, Juni 2015
Jumlah halaman : 216 halaman
Catatan: Tulisan Rini Febriani Hauri ini pernah dimuat di puan.co tertanggal 26 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar