Di tahun 2017, acara perayaan
Hari Puisi Indonesia (HPI) yang kelima kembali digelar di Taman Ismail Marzuki,
Jalan Cikini Raya 36, Jakarta sejak 1 s.d. 4 Oktober 2017. Sejak tanggal 1 s.d.
3 Oktober diadakan acara parade pembacaan puis dan pameran poster HPI. Sementara
puncaknya, 4 Oktober 2017, digelar malam anugerah penghargaan HPI untuk para
penyair Indonesia yang telah mengikuti sayembara buku puisi di gedung Graha
Bhakti Budaya TIM. Acara ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh masyarakat
pencinta puisi, penyair, pengusaha, hingga pejabat, seperti Fadli Zon (Wakil
Ketua DPR RI), Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI), Enggartiasto Lukita
(Menteri Perdagangan RI), dll.
Asrizal Nur selaku panitia mengatakan bahwa tahun ini
masih sama seperti tahun sebelumnya, puncak perayaan HPI dilaksanakan bulan
Oktober yang semestinya dilaksanakan setiap 26 Juli (hari lahirnya Chairil
Anwar). Bedanya di tahun ini, puncak perayaan HPI didahului perayaan HPI oleh
delapan puluh komunitas yang menyebar di kabupaten kota seluruh Indonesia. Ke depan
panitia berharap bahwa Indonesia memiliki hari puisi nasional yang diakui oleh
negara seperti negara-negara lain.
Sementara itu Maman S Mahayana
sebagai ketua umum yayasan HPI menyatakan bahwa puisi tidak sekadar buah
kreativitas yang berapa larik-larik kata atau kalimat metaforis, melainkan buah
pemikiran mengenai berbagai hal. Puisi mesti menjadi salah satu saranan
berkomunikasi, mengembangkan aggasan, mengekspresikan kegelisahan, bahkan juga
saluran merekatkan kebhinekaan, dan persatuan keindonesiaan. Puisi adalah harga
mati yang harus diperjuangkan.
Sebelum acara penghargaan penyair
diumumkan, ada pemberian penghargaan kepada pembuat poster HPI terbaik, parade
puisi oleh penyair, pejabat, dan pengusaha, panggung apresiasi (50
penyelenggara HPI se-Indonesia), peluncuran buku Apa dan Siapa penyair
Indonesia, juga pemutaran video Agus Sarjono, dkk. usai pulang dari Vietnam
untuk merumuskan Hari Puisi Indonesia (26 Juli) sebagai hari resmi yang kelak
diakui oleh negara. Pemunculan penyair-penyair Indonesia dari angkatan pujangga
baru hingga angkatan 1945 seakan mengingatkan bahwa puisi memang harus
dirayakan dan diperjuangkan.
Malam yang dingin dan sorak sorai
hadirin menambah riuh suasana malam anugerah HPI 2017. Sebagian besar peserta
sayembara buku puisi yang hadir menginginkan nama mereka dipanggil dan berdiri
ke podium. Namun, nasib pulalh yang menentukan. Lima pemenang terpilih HPI
2017 yang mendapatkan hadiah sepuluh
juta rupiah beserta judul buku puisi diantaranya, 1. Berguru kepada Rindu (Acep
Zam Zam Noor), 2. Hanya Melihat Hanya Mengagumi (Din Saja), 3. Akar Ketuban
(umi Kulsum), 4. Surat Cinta dari Rindu (Chandra Malik), dan 5. Hadrah Kiyai
(Raedu Basha). Sementara pemenang utama
terpilih HPI 2017 yang mendapatkan hadiah lima puluh juta rupiah beserta judul
buku puisi, yakni Giang (Irawan Sandya Wiraatmaja). Selamat kepada para
pemenang.
Hasan Aspahani, pemenang utama
terpilih HPI 2016 saat diwawancarai puan.co mengatakan Satu hal yang saya suka
dari acara HPI di tahun ini, yakni ada delapan puluh komunitas puisi yang
merayakan HPI di berbagai daerah seluruh Indonesia. Belum pernah sebelumnya ada
sejarah perayaan puisi yang sesemarak ini dengan keunikannya masing-masing.
Teman-teman di daerah bergairah dan bersemangat melakukan kegiatan HPI di
daerah sebab ada acara puncaknya, yakni malam ini. Biasanya diskusi buku hanya
dilakukan oleh lima orang saja, namun di acara puncak, teman-teman di daerah
bisa bersua untuk bersilaturahmi. Teman-teman penyair di yayasan HPI kini
sedang memperjuangkan HPI yang diakui resmi oleh negara. Saya rasa tidak ada
alasan untuk menolak dan mencari hari lain selain hari puisi karena teman-teman
sangat konsisten memperjuangkannya sebab bisa saja ungkin negara lupa. Sejauh
ini, selain teman-teman penyair dan yayasan HPI, belum ada yang mengusulkan dan
menginisiasi hari puisi.Insha Allah antara satu atau dua tahun lagi hari puisi
nasional bisa diakui oleh negara.
Para penyair dengan segala
kekuatannya memang begitu gigih memperjuangkan hari puisi, lalu bagaimana
dengan hari cerpen atau hari novel? Apakah cerpenis dan novelis Indonesia kelak
akan memperjuangkan hal serupa seperti teman-teman penyair? Hasan mengatakan
bahwa puisi itu berbeda dengancerpen dan novel. Di Amerika tidak ada hari
cerpen atau hari novel, tetapi hari puisi ada sebab awal dari sastra adalah
puisi. Dahulu belum ada cerpen, belum ada novel, belum ada buku cetak, segalanya
dicatat dgn manuskrip dan itu pun tidak banyak. Dahulu semua harus dihapal, semua harus
diingat. Syairlah yang muncul pertama dengan rimanya yang tertib yang memang
mudah diingat dan dihapal, seperti syair perkawinan kapitan cina di singapura, syair
nabi yusuf yang berisi cerita, dll. Jika unsur-unsur puisi itu dibuang, maka
jadilah cerpen atau jadilah novel.
Catatan: Tulisan Rini Febriani Hauri ini pernah dimuat di puan.co tertanggal 05 Oktober 2017
Sila klik link http://puan.co/2017/10/ada-apa-dengan-hari-puisi-indonesia-2017/
Catatan: Tulisan Rini Febriani Hauri ini pernah dimuat di puan.co tertanggal 05 Oktober 2017
Sila klik link http://puan.co/2017/10/ada-apa-dengan-hari-puisi-indonesia-2017/
Komentar
Posting Komentar