Siapa yang tak mengenal Meiliana
K. Tansri? Penulis Jambi berdarah Tionghoa yang novelnya telah banyak beredar
di Toko Buku Gramedia di seluruh Indonesia. Agaknya, Jambi perlu berbangga hati
memiliki novelis yang telah menghasilkan tujuh novel seperti beliau. Selain
mengisahkan Jambi di berbagai novelnya, nama Meiliana K. Tansri sendiri cukup
dikenal di Indonesia dan boleh jadi sangat diperhitungkan.
Meiliana memang sudah menyukai
aktivitas tulis-menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar. Beliau juga sangat
suka membaca sejak kecil. Menjadi penulis memang menjadi cita-cita yang diidamkan
sejak kecil. Ditambah lagi, pada saat SMA, guru bahasa Indonesianya sangat
mendorong semua siswanya untuk gemar menulis karena guru beliau juga merupakan
penulis andal yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan Indonesia. Buku-buku
sastra di sekolahnya pun sangat banyak. Mei remaja tak jarang membaca buku dan
meminjamnya dari sana.
Setamat SMA di tahun 1993,
Meliana K. Tansri bekerja di sebuah bank. Karena panggilan menulisnya muncul
dari benak terdalamnya, beliau memutuskan resign
pada tahun 1996 dan memutuskan untuk fokus menulis. Tahun 1997 merupakan tahun
yang akan selalu membekas dalam ingatan. Beliau dinyatakan sebagai
pemenang lomba cerber majalah Femina dengan judul “Perahu Kertas” yang
berjumlah sepuluh ribu kata. Hadiahnya
sangat lumayan, yakni Rp3,5 juta. Wow, bisa dibayangkan jumlah uang tersebut di
tahun dulu. Tahun sebelum krisis moneter era orde baru yang melanda Indonesia.
Semenjak menjadi pemenang lomba,
Meiliana K. Tansri dihubungi oleh Gramedia agar cerbernya tersebut dijadikan
novel. Meiliana menyetujuinya. Akhirnya, terbitlah novel pertamanya berjudul
Kupu-Kupu. Dicetak sebanyak enam ribu eksemplar oleh Gramedia pada tahun 2002. Novel yang terdiri atas 125 halaman tersebut
ia selesaikan dalam waktu singkat, yakni dua minggu saja. Hingga kini, Meiliana
tetap menulis meski beberapa tulisannya juga ada yang ditolak penerbit.
“Kita memang harus jeli mengusung
tema yang akan ditulis. Selain itu, kita juga harus megetahui selera pasar yang
sedang berkembang sebab hal tersebut yang menjadi sasaran utama dari pihak
Gramedia,” tuturnya.
Wah, ternyata, untuk penulis
sekelas beliau juga pernah ditolak penerbit. Jadi, buat Sahabat Puan yang gemar
menulis dan beberapa kali ditolak penerbit mayor, jangan berkecil hati!
Teruslah menulis! Sebab penolakan merupakan kerikil-kerikil kecil yang akan
memberikan banyak pelajaran dan hikmah. Tambah Meiliana K. Tansri, menjadi
penulis harus tahan lelah dan tahan banting.
Tema-tema novel yang diangkat ke
dalam novel Meiliana pun beragam. Namun, kebanyakan novelnya membahas Human interest (aspek kehidupan manusia dan
keragaman sosial). Usut punya usut, ternyata saat ini Meiliana K. Tansri sedang
menyiapkan novel kedelapannya yang judulnya masih dirahasiakan. Novel ini telah
80% beliau kerjakan dengan mengekspos sejarah lokal. Lokalitas adalah
identitas.
Dengan merekam kehidupan sosial
masyarakat Jambi, artinya ini merupakan tanggung jawab sastrawan yang memang memiliki
perhatian tentang sosial kultural di masyarakat, melibatkan kebudayaan kepada
masyarakat luas, juga sebagai pelestarian budaya Jambi, misalnya dengan menceritakan
sejarah kampung, status perempuan di masyarakat, dan lain-lain.
Saat tim redaksi puan.co
menanyakan apakah penulis harus rajin membaca buku? Menurut Meiliana K. Tansri,
sebagai penulis kita harus membaca karena dengan membaca, kita akan mudah
menuangkan gagasan dalam menulis, menambah kosakata, menambah wawasan dalam
mengembangkan ide cerita, memberi dukungan data saat riset, dan menstimulasi imajinasi.
Dalam menulis, seringkali kita
kehabisan ide. Kalau Meiliana K. Tansri berada dalam kondisi yang demikian,
menurutnya ini hal yang wajar sebab hal ini merupakan kendala penulis pada
umumnya. Biasanya beliau akan berhenti sejenak, kemudian melanjutkan lagi saat
ide-ide bermunculan dalam kepalanya. Waktu yang sering beliau gunakan dalam
menulis adalah rentang waktu antara pagi hingga siang hari sebab kalau malam
sudah kelelahan dan harus meninabobokkan anak.
Untuk memudahkannya dalam
menulis, beliau selalu membuat kerangka karangan. Artinya, ketika nanti terjadi
perubahan alur, tetap tidak keluar dari konsep awal yang telah disusun secara
matang. Di sela-sela aktivitasnya sebagai penulis, Meiliana K. Tansri adalah
ibu empat anak sekaligus seorang istri yang mencintai keluarganya. Baginya,
keluarga masih nomor satu sehingga aktivitas menulisnya tidak bisa dijadwal.
“Sesempatnya saja, tidak perlu cengeng meskipun keluarga menjadi hambatan
produktif dalam menulis,” imbuhnya.
Selama menjadi penulis, Meiliana
merasa lebih banyak sukanya dibanding dukanya. Sebab bila dilihat dari segi
finansial, hasil tulisannya bisa membantu perekonomian keluarga, apalagi kalau
menulisnya produktif, tentu saja bisa menjadi sumber nafkah.
Jika melihat perkembangan
literasi di Jambi, sangat sedikit penulis perempuan Jambi yang bisa muncul ke
permukaan, terutama tingkat nasional. Menurut Meiliana K. Tansri, salah satu penyebabnya
adalah konsistensi. Harus berkomitmen
menulis meskipun banyak hambatan. Di lain hal, budaya literasi di Jambi masih
belum maju karena minat bacanya masih rendah.
Saat tim redaksi menanyakan,
bagaimana perkembangan literasi Jambi saat ini? Beliau menjawab cukup
menjanjikan, penulis-penulis Jambi harus mempertahankan kualitas, bukan kuantitas,
harus bisa mengeksplor kebudayaan ke dalam tulisan, dan menciptakan keterikatan
dengan masyarakat pembacanya. Bila ditolak penerbit mayor bisa bekerja sama
dengan penerbit lokal. Menjadi penulis haruslah mandiri dan tidak terlalu
bergantung pada pemerintah.
Idealnya karya sastra yang baik
menurut Meiliana K. Tansri, yakni tentunya ini merupakan pandangan subjektif:
memiliki daya jual, diterima oleh pembaca, dan memberikan dampak signifikan
terhadap pembaca.
Bagi Sahabat Puan yang suka dunia
tulis-menulis atau ingin menjadi penulis seperti beliau, tipsnya sederhana
saja. Jangan pernah berhenti menulis sampai kapan pun sebab proses belajar
tidak akan pernah selesai sampai akhir hayat. Bagi yang sudah berusia lanjut
tapi ingin belajar menulis? Tidak ada kata terlambat untuk menulis. Mulailah
menulis dari sekarang sebab menulis itu mencerdaskan!
BIODATA
Nama : Meiliana K. Tansri
Nama Panggilan : Mei
TTL : Jambi, 14 Mei 1974
Pendidikan Terakhir :
SMA Xaverius 1 lulus tahun 1993
Hobi :
Membaca dan Nonton Bola
Pekerjaan : Penulis
Penulis Favorit : Oscar Wild, Leo Tolstoi, Stephen
King, dan Mochtar Lubis
Novel yang telah dihasilkan :
1.
Kupu-kupu
(Gramedia, 2002)
2.
Belajar Terbang (Gramedia, 2002)
3.
Layang-Layang Biru (Gramedia, 2006)
4.
Konser
(Gramedia, 2009)
5.
Trilogi Darah
Emas : - Mempelai Naga
(Gramedia, 2010), Gadis
Buta dan Tiga Ekor Tikus (Gramedia,
2010), dan Sembrani
(Gramedia, 2010)
Keluarga :
Nama Suami : Abraham Tambun
Nama anak:
1.
Abigail
2.
Benjamin
3.
Nathaniel, dan
4.
Yafet F.
Rini Febriani Hauri
NB: Pernah dimuat di puan.co pada tanggal 28 Agustus 2017. Sila Klik Link http://puan.co/2017/08/meiliana-k-tansri-lokalitas-sebagai-identitas/
Komentar
Posting Komentar