Sahabat Puan sudah pernah makan pecel? Jika di Kota Jambi – tempat
saya tinggal – pecel adalah makanan yang disajikan bersama lontong. Maka
berbeda pula dengan sego pecel pincuk ponorogo. Sego adalah bahasa Jawa, yang berarti nasi.
Bila di Eropa ada salad, maka sego pecel pincuk adalah warisan kuliner di Jawa yang melengkapi kuliner khas nusantara. Selain di Jawa Timur, sego pecel juga tersebar luas di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Konsep penyajian makanannya sama. Yang membedakan dari ketiganya adalah variasi isi dan sambalnya. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sambal pecelnya cenderung manis dan sayurannya ada tambahan wortel, buncis, dan kol.
Di Kabupaten Ponorogo, sego pecel pincuk merupakan salah satu makanan khas yang sayang jika dilewatkan. Sego pecel pincuk ponorogo biasa banyak dijual pagi hari sebagai sarapan. Namun, ada juga beberapa penjual yang masih menjualnya siang hingga malam hari.
Bila berkunjung ke rumah mertua di Ponorogo, biasanya sego pecel pincuk telah terhidang di meja makan. Dalam KBBI V, kata pincuk berarti wadah dari daun pisang yang dilipat dan disemat dengan lidi sehingga membentuk lekukan.
Karena sego pecel ini dibawa pulang ke rumah, maka wadahnya sudah berbeda, tak lagi berbentuk pincuk, melainkan dibungkus kertas cokelat dan dilapisi daun pisang. Namun bila makan di warung, biasanya sego pecel diberikan dalam sebuah pincuk.
Pertama kali mencoba sego pecel pincuk ponorogo, rasanya sedikit asing. Ketika lidah mulai beradaptasi, ternyata enak juga kombinasi antara pecel dan nasi. Ditambah lagi beragam Sayur-mayur yang berpadu dengan sambal kacang, antara lain bayam, kenikir, kecambah, kacang panjang, daun pepaya muda, daun melinjo/daun so, lembayung, dan bunga turi. Biasanya sego pecel pincuk ini juga dipadukan dengan kering atau terancam.
Kering adalah sejenis oseng tempe yang dicampur mi kuning, sementara terancam adalah taburan petai cina, mentimun yang diiris kecil-kecil, dan daun kemangi. Terancam akan memunculkan kombinasi rasa segar khas lalapan ketika bertemu dengan sambal kacang.
Di dalam satu menu sego pecel, biasanya disertai lauk, yakni tempe kepleh. Dalam bahasa Indonesia, kata kepleh berarti lembek. Jadi, tempe kepleh adalah tempe yang digoreng bersama terigu, tetapi tidak terlalu kering. Saat digigit, tempe ini tidak terlalu keras dan nyaman di mulut. Apalagi, perpaduan aroma kenikir dan daun kemangi yang khas semakin membuat lidah tak bisa berhenti bergoyang.
Selain nikmatnya tempe kepleh, yang terasa unik di lidah adalah perpaduan pahit pepaya muda dan sayur-mayur lainnya. Harga satu porsi sego pecel pincuk ini ternyata sangat terjangkau, umumnya berkisar dari Rp5.000,00 s.d. Rp7.000,00. Wah, murah bukan? Selain murah, masyarakat juga percaya bahwa makanan sego pecel pincuk ponorogo ini menyehatkan sebab di dalamnya berpadu berbagai jenis sayur yang sangat baik bagi tubuh.
Penasaran dengan rasanya yang asing dan bisa membuat lidahmu ketagihan? Yuk, main ke Ponorogo dan nikmati sego pecel pincuk!
NB: pernah dimuat 15 Januari 2018 di Majalah Puan.
Bila di Eropa ada salad, maka sego pecel pincuk adalah warisan kuliner di Jawa yang melengkapi kuliner khas nusantara. Selain di Jawa Timur, sego pecel juga tersebar luas di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Konsep penyajian makanannya sama. Yang membedakan dari ketiganya adalah variasi isi dan sambalnya. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sambal pecelnya cenderung manis dan sayurannya ada tambahan wortel, buncis, dan kol.
Di Kabupaten Ponorogo, sego pecel pincuk merupakan salah satu makanan khas yang sayang jika dilewatkan. Sego pecel pincuk ponorogo biasa banyak dijual pagi hari sebagai sarapan. Namun, ada juga beberapa penjual yang masih menjualnya siang hingga malam hari.
Bila berkunjung ke rumah mertua di Ponorogo, biasanya sego pecel pincuk telah terhidang di meja makan. Dalam KBBI V, kata pincuk berarti wadah dari daun pisang yang dilipat dan disemat dengan lidi sehingga membentuk lekukan.
Karena sego pecel ini dibawa pulang ke rumah, maka wadahnya sudah berbeda, tak lagi berbentuk pincuk, melainkan dibungkus kertas cokelat dan dilapisi daun pisang. Namun bila makan di warung, biasanya sego pecel diberikan dalam sebuah pincuk.
Pertama kali mencoba sego pecel pincuk ponorogo, rasanya sedikit asing. Ketika lidah mulai beradaptasi, ternyata enak juga kombinasi antara pecel dan nasi. Ditambah lagi beragam Sayur-mayur yang berpadu dengan sambal kacang, antara lain bayam, kenikir, kecambah, kacang panjang, daun pepaya muda, daun melinjo/daun so, lembayung, dan bunga turi. Biasanya sego pecel pincuk ini juga dipadukan dengan kering atau terancam.
Kering adalah sejenis oseng tempe yang dicampur mi kuning, sementara terancam adalah taburan petai cina, mentimun yang diiris kecil-kecil, dan daun kemangi. Terancam akan memunculkan kombinasi rasa segar khas lalapan ketika bertemu dengan sambal kacang.
Di dalam satu menu sego pecel, biasanya disertai lauk, yakni tempe kepleh. Dalam bahasa Indonesia, kata kepleh berarti lembek. Jadi, tempe kepleh adalah tempe yang digoreng bersama terigu, tetapi tidak terlalu kering. Saat digigit, tempe ini tidak terlalu keras dan nyaman di mulut. Apalagi, perpaduan aroma kenikir dan daun kemangi yang khas semakin membuat lidah tak bisa berhenti bergoyang.
Selain nikmatnya tempe kepleh, yang terasa unik di lidah adalah perpaduan pahit pepaya muda dan sayur-mayur lainnya. Harga satu porsi sego pecel pincuk ini ternyata sangat terjangkau, umumnya berkisar dari Rp5.000,00 s.d. Rp7.000,00. Wah, murah bukan? Selain murah, masyarakat juga percaya bahwa makanan sego pecel pincuk ponorogo ini menyehatkan sebab di dalamnya berpadu berbagai jenis sayur yang sangat baik bagi tubuh.
Penasaran dengan rasanya yang asing dan bisa membuat lidahmu ketagihan? Yuk, main ke Ponorogo dan nikmati sego pecel pincuk!
NB: pernah dimuat 15 Januari 2018 di Majalah Puan.
Komentar
Posting Komentar