Langsung ke konten utama

Resensi : Disorientasi Berujung Maut

Pernahkah Anda merasa tersihir usai membaca sebuah novel? Bila belum, novel terjemahan yang ditulis oleh penulis Mesir ini bisa menjadi salah satu pilihan membuang waktumu. Kisah dimulai ketika Said Mahran yang baru lepas dari jeruji besi, merasa harus mencari Nabawyya dan Ilish. Sebab ia merindukan Sana – anak perempuan berusia enam belas tahun hasil pernikahannya dengan Nabawyya. Namun nasib buruk telah menghantamnya. Sana menyangkalnya. Ia tak mau mengikuti ayahnya yang mantan narapidana – pencuri berdarah dingin sekaligus residivis kelas kakap.

Kehancuran merobek-robek hati Said. Ditambah lagi, Nabawyya telah menikah dengan Ilish – bawahannya sekaligus bekas sahabat baiknya. Di tengah perjalanannya, ia bertemu Nur – kekasih lamanya – yang rela melakukan apa pun demi Said. Namun pada akhirnya, Nur pun melakukan pengkhianatan dengan menjalin kisah dengan lelaki lain. Sebab Said Mahran adalah lelaki yang kaku, sementara perempuan butuh lelaki yang hangat. Said selalu terlambat mengungkapan cinta. Barangkali itulah salah satu alasan mengapa Said beberapa kali dikhianati wanitanya.

Saat Said menemui sahabat lama lainnya yang kaya raya, Rauf Ilwan, sang pemilik media tersohor di Mesir, ia juga mendapat penolakan. Media mana yang mau menerima mantan napi? Namun, Rauf masih memeperlakukannya dengan baik, ia masih mengasihani sahabatnya itu dengan memberikan beberapa lembar uang. Said yang merasa terhina, keesokan harinya menyelinap ke istana megah Rauf. Ia hendak mencuri kembali – sebuah pekerjaan yang menurutnya bukanlah sebuah kejahatan, yang ia yakini sebagai sebuah kebaikan. Usaha itu gagal karena Rauf mengetahuinya. Said melarikan diri. Persahabatan mereka putus saat itu juga.

Jika ditilik dari judulnya, Pencuri dan Anjing-Anjing merupakan judul yang sangat apik. Pencuri melambangkan diri Said Mahran – yang pertama kali ia memang merasa harus mencuri karena terdesak oleh biaya rumah sakit ibunya. Dulu ketika mahasiswa, Rauf pernah berada di posisinya, membantunya, bahwa mencuri adalah suatu perbuatan yang adil baginya. Lambat laun, perbuatan itu menjadi candu meski ini tidak dibenarkan. Semenatra “anjing-anjing” merupakan metafor bagi orang-orang yang dibencinya, yakni Nabawyya, Ilish, dan Rauf.

Sebuah novel yang mampu menyihir pembaca, biasanya merupakan sebuah novel psikologis – yang mampu menyentuh relung terdalam. Trevor Le Grassick pernah mengatakan bahwa novel Pencuri dan Anjing-Anjing lebih bersifat impresionis ketimbang realis. Novel ini bergerak dengan kecepatan dan ekonomi sebuah cerita detektif. Di sini, untuk pertama kalinya Mahfouz memanfaatkan teknik “aliran kesadaran” untuk menunjukkan penderitaan mental tokoh utamanya yang digerogoti kepahitan dan hasrat untuk menuntuk balas kepada orang-orang yang telah membusukkan dan mengkhianati dirinya serta menimpakan kutukan yang tak terhindarkan.

Di tengah kebingungannya menghadapi kenyataan yang pahit, Said Mahran seperti kehilangan orientasi. Hidupnya hanya ia habiskan untuk menyusun siasat demi siasat untuk menghabisi anjing-anjing kudisan yang membuatnya menderita. Beberapa kali, ia mencoba membunuh anjing-anjing itu, namun dua kali peluru revolvernya salah sasaran ke orang-orang tak berdosa. Semua media membicarakannya. Said menjadi penjahat yang diburon polisi. Ia harus menyamar dan mengendap-endap agar identitasnya tak diketahui.

Meski Said seorang pencuri, pembunuh, sekaligus residivis, selalu ada sisi baik yang bisa ditiru. Said adalah seorang yang gemar membaca. Saat kepulangannya dari penjara, yang ia tanyakan pada Sana adalah buku-bukunya. Meski dijawab ketus, tentulah sejahat apa pun ayah kandung, haruslah tetap dihargai walaupun memang sekarang Sana lebih memilih tinggal di bawah pengasuhan ibunya dan Ilish.

Bila ditilik dari latar belakang keluarga Said, ternyata ayahnya adalah seorang yang religius. Almarhum ayahnya dahulu sering datang dan mengikuti pengajian bersama di rumah Syekh Ali al-Junaidy dengan mengajak Said kecil. Betapa tidak, ketika Said dilanda kebingungan yang menyayat, selain flat Nur, rumah Syekh Ali merupakan tujuan singgah untuk menenangkan diri. Bedanya, ketika Syekh Ali berdzikir, melakukan shalat, mengadakan pengajian seusai senja bersama masyarakat, Said hanya tertidur dan mendengkur tanpa peduli bahwa di rumah Syekh Ali sedang ada kegiatan religius.

Syekh Ali sering kali memberikan petuah yang sangat bijak. Ia menjamu Said dengan makanan-makanan enak meski ia tahu Said telah melakukan kesalahan pasca membunuh orang-orang tak bersalah. Seseorang sesungguhnya membutuhkan pegangan hidup yang mampu menenangkan diri tatkala dirundung keputusasaan. Namun yang ilahiah itu, belum ditemukan Said secara mendalam sehingga esensi religius masa lalu yang diturunkan kepadanya belum dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan. Kontradiksi inilah yang kemudian memunculkan ironi bahwa nasib telah membawanya ke jalan lain yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Novel ini ditulis dengan sangat mengagumkan. Pembaca tidak mudah menebak alur dan dibuat berpikir dan bertanya-tanya. Siapakah lelaki yang ada di flat Nur yang ditemui Said itu? Jika pembacaannya tidak serius, pembaca dibuat bingung untuk menerka lelaki itu sebab Naguib Mahfouz tidak serta-merta menceritakan dengan bahasanya yang lugas.

Pengkhianatan memang terkadang memunculkan dendam tak berkesudahan. Ketika kesakitan bermunculan dan menyerang sesuatu yang di luar kendali, Said berniat menelusuri sebuah flat yang letaknya sangat dekat dengan kuburan. Ia melangkahi batu-batu nisan. Desing peluru bertaburan di udara dan suara-suara mengepungnya. Said terperosok ke dalam liang tanpa dasar.


Judul : Pencuri dan Anjing-Anjing
Penulis : Naguib Mahfouz
Penerjemah : An. Ismanto
Penerbit : Basa-Basi
Cetakan ke : pertama, September 2017
Jumlah halaman : 180 halaman                                                   





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jepang I

diambil dari catatan Facebook, 17 Agustus 2010         Pepatah dalam bahasa Jepang disebut kotowaza (ことわざ)salah satunya nih, iwanu ga hana いわぬ が 花 artinya, tidak bicara itu bunga, maksudnya  diam adalah emas. "Aite no nai kenka wa dekinu" artinya Orang tak bisa bertengkar tanpa musuh. "Shippai wa seikou no moto" artinya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda "Hito no uwasa mo shici jyu go nichi"  (人の噂も七十五日) artinya, gosip/rumor hanya bertahan selama 75 hari alias gosip/rumor tidak akan bertahan lama.  "Sarumo ki kara ochiru" 猿も木から落ちる  artinya kera juga bisa jatuh dari pohon.  Sama artinya dengan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga "Baka mo ichi-gei" 馬鹿 も いちげい artinya, orang bodoh pun punya kelebihan/kebaikan "Arashi no ato, sora ni niji ga kakarimashita" artinya Badai pasti berlalu "Onna sannin yoreba kashimashii" artinya: di mana pun ketika ada t

10 Alasan Mengapa Kita Harus Berkunjung ke Perpustakaan

Hai, Sahabat Puan, sudah ada yang tahu kalau tanggal 14 September ternyata diperingati sebagai hari berkunjung ke perpustakaan? Ada yang tahu mengapa di Indonesia memunculkan hari peringatan ini? Tentu saja alasannya supaya masyarakat mau datang dan singgah untuk membaca. Coba ingat-ingat, selama bulan September ini, sudah berapa kali Sahabat Puan berkunjung ke perpustakaan? Beberapa kali atau bahkan tidak sama sekali? Sebenarnya, apa saja sih alasan-alasan seseorang mengunjungi perpustakaan? Yuk, simak alasannya berikut! Bisa Meminjam Buku Karena di perpustakaan adalah gudangnya buku, kamu bisa datang untuk meminjam buku apa saja sesuai keinginanmu. Syarat-syarat dan ketentuannya pun berbeda-beda sesuai regulasi perpustakaan masing-masing. Jika kamu sangat ingin membaca suatu buku dan kebetulan kamu tidak memiliki buku tersebut, atau buku tersebut sulit dicari di pasaran karena sudah langka, salah satu alternatif untuk membacanya adalah meminjam ke perpustakaan

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000) yang di su

Rise For Holiday