Langsung ke konten utama

Sebelik Sumpah,Bisnis Sampingan Suku Anak Dalam

Sahabat Puan pernah mendengar sebelik sumpah khas sad (Suku Anak Dalam)? Jika belum pernah, ayo simak liputan puan.co!  Sebelik sumpah merupakan kerajinan tangan khas orang rimba / SAD di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas). Kerajinan tangan ini berupa gelang, kalung, dan gantungan kunci.

Orang rimba atau SAD meyakini bahwa kalung dan gelang sebelik sumpah memiliki kekuatan magis meski tanpa diberi mantra sekalipun. Mereka percaya bahwa orang yang memakai kalung dan gelang sebelik sumpah akan terbebas dari sumpah serapah orang-orang yang bermaksud jahat. Malah, sumpah serapah itu dipercaya akan berbalik ke tuannya, seperti senjata makan tuan. Selain itu, sebelik sumpah juga bisa menjadi penolak bala yang datang kepada mereka.

Karena penasaran dengan kerajinan tangan khas ini, saya pun berkunjung ke Sako Napu Makekal Hulu di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas) Merangin, Jambi. Di ibu kota Kabupaten Merangin, yaitu Bangko, tepatnya di mes Sokola Rimba, saya bertemu dengan dua SAD yang ramah, Mijak Tampung dan Penangguk Sunting. Dari Bangko menuju Sako Napu Makekal Hulu, perjalanan kami memakan waktu empat jam lebih.

Meski tidak ada listrik, TNBD tidaklah seseram yang dibayangkan. Sebagian orang rimba juga sudah mengikuti peradan modern. Mereka sudah memakai pakaian dan memiliki android.  Di TNBD, ternyata banyak kekayaan alam tersembunyi, salah satunya pohon sebelik sumpah. Pohon berjenis keras ini sangat dikeramatkan oleh orang rimba karena kekuatan gaibnya. Pada zaman dahulu,  orang rimba acapkali melakukan ritual lalu menyanyikan rayuan puitis sebagai penanda izin untuk memanjat dan mengambil buahnya. Orang rimba akan bernyanyi sampai pohon sebelik sumpah luluh dan memberi izin.

Karena saat itu saya tengah kelelahan pulang dari tepi hutan adat sebab berjalan kaki selama lima jam, saya pun tidak sempat mengikuti perjalanan Penangguk mengambil buah sebilik sumpah. Tiba-tiba saja Penangguk dan beberapa anak tengah memecahkan buah sebilik sumpah untuk diambil bijinya. Biji-biji inilah yang kemudian akan dijalin bersama tali khusus untuk dijadikan gelang, kalung, atau gantungan kunci.

“Pohon sebelik sumpah hanya tumbuh di hutan Taman Nasional Bukit Duabelas. Pohon ini juga tidak berbuah setiap musim. Selain membuat untuk dijual, para orang rimba sendiri rata-rata memakai sebelik sumpah,” kata Penangguk Sunting. Karena masih belum paham dengan kesaktian sebelik sumpah sebagaimana yang telah diceritakan Penangguk Sunting, pemuda berusia 21 tahun itu, kemudian bercerita lagi.

“Pernah ada orang rimba yang kesurupan. Dukun di Makekal hulu tak mampu mengobati, maka terpaksa orang rimba tersebut mendatangi dukun di kota. Saat bertemu dukun di sana, ia takut melihat kalung yang dipakai orang rimba. Dukun tersebut akhirnya meminta kalung itu untuk dilepaskan. Dukun itu mungkin saja takut karena kalung sebelik sumpah memiliki kekuatan magis,” ungkap Penangguk dengan logat melayunya yang khas.

Pembuatan sebelik sumpah
Pembuatan sebelik sumpah
Pemasaran kerajinan tangan sebelik sumpah selama ini sudah dilakukan secara offline dan online. Bagi yang berada di kawasan Merangin, bisa langsung datang ke mes Sokola Rimba atau COD (Cash on Delivery) di sekitaran Bangko. Kalau via online, sudah dipasarkan melalui akun instagram dan facebook. Kalung dan gelang sebelik sumpah ini sudah ada di beberapa toko oleh-oleh khas Jambi loh, misalnya saja Tempoyak dan Jakoz yang terletak di Kota Jambi. Harga gelang dibanderol dari Rp35.000,00 untuk biji nontunggal, sementara gelang dari biji tunggal seharga Rp45.000,00. Bedanya, biji tunggal lebih lonjong dan lebih rapi dibanding nontunggal sehingga harganya lebih mahal.

Untuk harga kalung beda lagi, harga dimulai dari Rp75.000,00 – Rp100.000,00. Untuk leontin kalung pun bermacam-macam, ada yang terbuat dari tanaman khusus, taring landak, ataupun kuku harimau. Khusus leontin kuku harimau sangatlah langka, kalaupun ada harganya akan lebih mahal. Harga gelang dan kalung juga bisa lebih mahal karena unsur warna. Biasanya, yang harganya mahal adalah yang bijinya sudah berwarna hitam. Namun jika baru diambil dari buahnya, biji sebelik sumpah masih berwarna cokelat. Warna cokelat bisa berubah menjadi hitam seiring waktu berjalan.
“Bisa hitam kalau kena keringat. Biasanya orang-orang yang masuk ke hutan lebih senang mencari kalung yang telah dipakai orang rimba karena warnanya sudah berubah menjadi hitam,” ucap Penangguk.

Dari penjualan gelang dan kalung sebelik sumpah ini, Penangguk bersama komunitasnya merasa bersyukur kalau ada orang luar yang mau membeli kerajinan tangan mereka. Di leher saya pun sudah bersemayam kalung sebelik sumpah dengan leontin taring landak milik Penangguk Sunting. Namun karena kalung itu tidak terlalu panjang, saya lalu mencoba mnengkreasikannya untuk saya pakai sebagai gelang. Penangguk manambahkan bahwa taring landak itu bisa digunakan sebagai obat sakit gigi.

“Celupkan taring landak ke dalam air putih selama lima menit. Setelah itu langsung diminum saja!” ucap Penangguk. Saya pun tertawa sembari mengingat bahwa gigi saya acapkali kumat. Barangkali kelak saya akan mencoba resep tradisional ini. Tiba-tiba motor Penangguk Sunting sudah membawa saya kembali ke mes Sokola Rimba. Sebuah mobil tiba-tiba memindahkan tubuh saya untuk melanjutkan perjalanan ke kota. Suatu saat saya akan kembali ke hutan itu lagi, pikir saya sambil mengingat-ingat pengalaman baru selama di Taman Nasinal Bukit Duabelas.

NB: dimuat di Majalah Puan tertanggal 23 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jepang I

diambil dari catatan Facebook, 17 Agustus 2010         Pepatah dalam bahasa Jepang disebut kotowaza (ことわざ)salah satunya nih, iwanu ga hana いわぬ が 花 artinya, tidak bicara itu bunga, maksudnya  diam adalah emas. "Aite no nai kenka wa dekinu" artinya Orang tak bisa bertengkar tanpa musuh. "Shippai wa seikou no moto" artinya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda "Hito no uwasa mo shici jyu go nichi"  (人の噂も七十五日) artinya, gosip/rumor hanya bertahan selama 75 hari alias gosip/rumor tidak akan bertahan lama.  "Sarumo ki kara ochiru" 猿も木から落ちる  artinya kera juga bisa jatuh dari pohon.  Sama artinya dengan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga "Baka mo ichi-gei" 馬鹿 も いちげい artinya, orang bodoh pun punya kelebihan/kebaikan "Arashi no ato, sora ni niji ga kakarimashita" artinya Badai pasti berlalu "Onna sannin yoreba kashimashii" artinya: di mana pun ketika ada t

Buku Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia

Oleh: Tri Wahyuni Zuhri Judul  : Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia Penulis : Kurniawan Junaedhie Penerbit : Kosa Kata Kita Jakarta Jumlah hlm. : 338 Tahun : 2012 Buku yang di tulis oleh Kurniawan Junaedhie dan di terbitkan oleh Kosa Kata Kita Jakarta, memang cukup banyak di cari. Terutama karena buku ini memuat sekitar 800-an lebih profil perempuan pengarang dan penulis Indonesia.  Sejak zaman Saadah Alim, perempuan pengarang kelahiran 1897, hingga Sri Izzati, pengarang kelahiran 1995. Dalam kata pengantar di buku ini, Kurniawan Junaeid menjelaskan alasannya membuat buku Profil Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia.  Selama ini masih sedikit sekali buku  literatur yang menjelaskan sepak terjang perempuan pengarang dan penulis di Indonesia.  Sebut saja buku-buku tersebut antara lain Leksikon Kesustraan Indonesia Modern Edisi Baru (Djambatan, 1981) di susun oleh Pemusuk Eneste, Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000) yang di su

Antara Penyair Perempuan dan Puisi Esai

Proyek penulisan puisi esai nasional Denny J.A. (DJA) jilid II melibatkan berbagai penulis dari 34 provinsi se-Indonesia. Dalam satu buku puisi esai, terdiri atas lima penulis yang mewakili setiap provinsi, yang akan diterbitkan secara serentak di Indonesia. Masing-masing penulis mendapatkan kontribusi sebesar Rp5 juta. Namun akhir-akhir ini, proyek penulisan tersebut menimbulkan polemik baru dalam sastra Indonesia. Tiba-tiba saja muncul berbagai penolakan puisi esai dari banyak komunitas. Di antara pro dan kontra puisi esai, sebagian penulis puisi esai adalah penyair perempuan. Di lain pihak, ada juga beberapa penyair perempuan yang mengundurkan diri. Mengapa puisi esai menimbulkan berbagai polemik? Bagaimana isu perempuan dalam puisi esai? Simak hasil wawancara puan.co bersama Dellorie Ahada Nakatama, Fatin Hamama R. Syam, Rukmi Wisnu Wardani, dan Waode Nur Iman berikut ini! Dellorie, Penyair yang Mengundurkan Diri dari Puisi Esai Setelah viral nama beberap

Rise For Holiday